Awal Tiba dan Kerja di Korea Selatan – Unforgettable Moment Part 2

…Lanjutan dari part 1, baca di sini kalau belum baca!!

Malam hari di hari yang sangat mengguncang, Sesampai di rumah, gue langsung ngamar dan hanya ingin sendiri saja dan gak tau kenapa malah nangis sekenceng2 nya padahal sejujurnya gak mau nangis, tapi gak tau ngalir aja air mata itu. Orang rumah pada bingung karena mereka tau menu masa depan ku dalam sebuah dilemma. Antar mberati kerjaan yang sudah ada dengan iming-iming tadi atau berangkat untuk kerjaan yang baru yang entah bakal seperti apa nanti nya itu. Dan jujur gue cenderung untuk stay dengan kesibukan yang sudah nyaman saat itu.

Keluarga mencoba bicara heart to heart ke gue, mencoba meyakinkan dan memberi pencerahan atas pilihan untuk melanjutkan perjuagan panjang gue ke Korea yang sudah di depan mata itu. Dan gue kekeuh gak mau. Hingga akhirnya setelah melewati perbincangan panjang, ibuk gue lah yang berhasil meluluhkan hati gue cieh!.

Beliau bilang, yakin nang, kesempatan emas itu tidak hanya sekedar tentang sebuah kerjaan namun akan banyak pula hal-hal baru yang akan kau dapatkan. Membuka wawasanmu, pola pikirmu, kemandirianmu, pengalamanmu dan ibuk yakin 10000000% pasti cita-citamu untuk kuliah itu juga bisa kau dapatkan. Meski beliau juga gak tau menau tentang Korea dan bakal seperti apa nantinya. Dan anehnya semua itu masuk di otakku dan bisa gue cerna dalam sanubari terdalam gue dengan mudahnya. Uhukss

Hari Dimana Aku Merantau ke Korea

bekerja di korea selatan

23 Agustus 2010 tepatnya hari ke 14 Ramadhan. Suasana hari itu sangat sendu terasa. Langit mendung pekat menggelayut, peluk pisah orang tua dan keluarga begitu erat. Lambaian anak-anak dari sekolah melepas langkah gue. Haru ala-ala drama banget dah pokoknya. Dan ini adalah keputusan besar dalam hidup gue jauh dengan orang tua dan keluarga di entah belahan bumi sebelah mana nanti itu.

Baca juga:  Pengalaman Kerja Dokumentasi Event: Industri Kreatif Adalah Lahan Subur

Dari Jakarta gue bertolak ke Incheon bersama 95 teman saat itu. Penerbangan dini hari, mendarat di Seoul pukul 09.00 pagi WKS. Kemudian kita dibawa ke training center kedatangan sebelum di jemput Pihak dari perusahaan tempat kerja masing-masing. Sepanjang perjalanan gue disuguhi dengan view yang sangat memanjakan mata yang berbeda dari biasanya. Dari jalanan yang bersih, plang-plang dengan penuh tulisan aneh2 itu akhirnya gue lihat dengan mata telanjang ini. Gue liat sekilas sambil mengeja dan menerka-nerka dalam qolbu apa ya artinya itu?  dan nampak sepanjang perjalanan suguhan taman-taman kota yang hijau, bersih, asri, rapi bersanding dengan gedung-gedung pencakar langit yang hampir persis satu dengan yang lain ini membuat hatiku kecil ku yang udik ini bergumam wow luarbiasa! Karena jelas sepanjang mata gue memandang gak tersangkut di mata gue oleh deretan pedagang kaki lima yang menuh-menuhi trotoar di sepanjang jalan. haha

Masuk Training Center Dulu!!

Tiga hari sudah di TC dengan agenda pemantapan bahasa, medical check-up, dan pengurusan administrasi. Akhirnya gue dijemput sama ‘Bapak’. Tinggi, besar, mata sipit, jalan nya macem robot gesit banget. Well, jantung mulai berdegup kencang dan ini adalah lembar baru kehidupan gue dengan lakon dan peran yang entah seperti apa nanti.

Bapak banyak ngobrol dengan gue dengan bahasa Inggris dan campur-campur Arab dikit-dikit gitu, usut punya usut beliau pernah kerja juga di Mesir selama dua tahun, jadi agak sedikit pamer sih kalau kata gue haha. Dan sedikit banyak faham tentang duia Islam dan Muslim. Syukur Alhamdulillah. Gue gak perlu panjang x lebar ngejelasin bla bla itu semua.

Awal dari Segalanya: Pengalaman paling Berkesan

bekerja di korea selatan

Gue tinggal di asrama yang lokasinya di sekitar tempat kerja. Roommate gue orang Filipina saat itu. Lebih tua 10 tahun dari gue. Kecil banget dan agak songong. Pernah suatu hari aku tinggal kerja balik-balik uang di dompet ku raib sekitar 100.000 won. Gue gak lupa dan sadar dimana gua simpen uang itu dan hanya kita berdua yang di situ. But cukup tau saja kalau dia itu “licik”. Dan akhirnya dia di pindah ke room yang lain setelah adu mulut dengan si “rambut cepak” alias kepala bagian something gitu lah gue belum faham.

Baca juga:  Pengalaman Beli Motor Tarikan Leasing

Gue kerja di perusahaan elektronik. Produksi spare part untuk LG. Sehari kerja 10-12 jam dan kerja 6 hari seminggu. Jadi gue punya off di hari minggu saja. Agak syok pas awal-awal. Berasa kerja romusha jaman penjajahan gilak! 12 kadang 14 jam berdiri macem robot, pulang-pulang kaki kaya copot mati rasa sudah. Ya Tuhan gue ini loh manusia bukan mesin. Gini banget ya hidup ini!

Dan tiap telpon ke rumah pasti nangis dan marah-marah gak jelas pingin pulang terus bawaannya, karena merasa dijajah dan gak bebas hidup gue. Sampai saking kesel dan jengahnya ibuk gue dengerin gerutuan gue tiap harinya, dengan nada tinggi dan mimic antagonis beliau “nge-gas” bilang ke gue, yaudah kalau mau pulang, pulang saja sana!! silahkan kapan mau balik! Silahkan beli tiket pulang!! Ayo kapan?! Seketika hening bak kesamber gledek di siang bolong tinggal kedip-kedip mata doang gue. Denger hantaman kata-kata itu gue malah jadi mikir, merenung dan akhirnya malah takut untuk pulang.

Kadang kita itu harus mencoba untuk ngalah, bersahabat, bahkan harus belajar nerima dengan keaadaan yang ada, tapi itu bukan berarti kalah. Ya itu memang bagian dari sebuah proses. Ibarat diperkosa jika tak kuat melawan ya dikmati aja kali ya? Siapa tau memang enak ya kan? Ya karena tak semua keinginan kita itu adalah menjadi kebutuhan kita. 1, 2, 3 bulan berlalu gue mulai bisa berdamai dan mengikuti alur dalam chapter peran gue saat itu. Namun kerap kali kejenuhan datang menghantam jiwa dan raga gue tanpa pernah bilang permisi.

Cara Akselerasi Speaking Korea

Ibuk gue emang malaikat sih, tapi bedanya beliau berkerudung bukan bersayap. Beliau selalu memberi semangat hari-hari gue, berharap gue sesegera mungkin bisa settle dengan keadaan dan tidak merasa kesepian, karena gue adalah satu-satunya orang Indonesia di tempat kerja alias pendekar. Tapi jujur memang itu adalah jawaban do’a gue sama Tuhan sih sebelum berangkat. Pikirku dengan menjadi stranger begitu, gue berharap komunikasi dan bahasa Korea gue bisa cepet berkembang. Ya mau gak mau harus dipaksakan buat ngomong kan dan terkabul lah juga do ague itu. love you full lagi ya Tuhan!

Baca juga:  Pengalamanku Menjadi Moderator Seminar, Ini Tipsnya!

Lanjut part 3 – Cari Kursus Bahasa di Korea Biar Makin Lancar

Full appreciation to our beloved author: Benn Sohibul Munire

Ig: @benn_munire

Bagikan:

Tinggalkan komentar