Memang benar adanya, bahwa sebuah hobi pun bisa menghasilkan keuntungan, baik berupa pengalaman, pengetahuan, bahkan uang. Sejak masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) aku memiliki hobi yang sedikit berbeda dengan teman sekolahku pada umumnya, yakni blogging. Blogging mungkin dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas mengelola blog oleh seorang blogger yang meliputi menulis artikel, menyunting artikel, merancang tampilan blog, dan lain sebagainya.
Yap, benar! Sejak SMP aku mulai menjadi seorang blogger. Memutuskan untuk menjadi seorang blogger atas dasar hobi, belajar segala tentang dunia blog secara otodidak dengan sangat mengandalkan mbahnya mesin pencari yaitu Google. Saat itu, aku tergabung dalam beberapa komunitas blogger, tujuannya adalah untuk saling sharing pengalaman atau ilmu, bahkan untuk menambah teman baru yang sehobi. Rata-rata anggota yang berada dalam komunitas tersebut usianya lebih tua dariku, mereka merupakan anak-anak SMA, mahasiswa, bahkan ada yang sudah bekerja sebagai developer web.
Caraku mengubah hobi menjadi “UANG”
Satu hal yang saat itu membuatku sangat tertarik dengan dunia blog yakni merancang tampilan blog atau yang biasa dikenal dengan istilah template blog. Masa SMPku aku habiskan dengan belajar coding CSS dan HTML. Salah satu pencapaian terbesarku saat itu adalah ketika liburan semester, aku merancang template blogku sendiri dari nol. Semua sisinya aku rancang sesuai imajinasi dan seleraku sebagai anak SMP. Heading blog bergambar anime naruto, tampilan yang mungkin aneh, dan lain sebagainya. Tetapi saat itu, atau bahkan hingga sekarang aku sangat bangga pernah memiliki pengalaman tersebut, sebab template rancanganku ternyata laku terjual oleh beberapa orang dengan harga bervariasi, tergantung kedekatanku dengan mereka, harga tersebut berkisar Rp. 150.000 – Rp. 250.000. Bocah SMP menghasilkan uang segitu, setara dengan uang sakuku selama 2 bulan. Meskipun ujung-ujungnya habis karena aku gunakan untuk membeli voucher game online.
Bodoamat dengan pengunjung blog, apalagi perihal artikel. Meskipun aku hobi menulis, tetapi aku kurang mendalami mengenai tata cara menulis artikel yang baik dan benar, boro-boro SEO (Search Engine Optimization). Tapi ya sudahlah, semua itu hanya bagian dari pengalaman hidupku di masa lalu.
Setelah beberapa tahun, aku sudah menginjak bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Mulai saat itulah aku berusaha mengasah hobiku agar bisa menghasilkan uang. Aku banyak membaca bahan bacaan seperti buku, artikel, jurnal, dan lain sebagainya untuk menambah referensi kosa kataku. Disamping melakukan itu, aku pun menambah pengetahuanku tentang tata cara menulis artikel yang baik dan benar. Kata orang, hasil tidak akan mengkhianati proses. Mungkin benar adanya, perlahan kemampuan menulisku terus berkembang menjadi lebih baik.
Mencari job di Internet
Hidup di zaman digital seperti saat ini sungguh membantu semua orang dalam menyelesaikan urusannya, begitupun aku. Sejak SMA aku mulai berselancar di internet untuk mencari side job atau pekerjaan sampingan. Setelah mengeluarkan cukup banyak usaha, akhirnya aku menemukan pekerjaan yang cocok untukku yakni “Freelance Writer” yang berarti penulis lepas. Aku membaca deskripsi pekerjaan tersebut dengan seksama, dan tanpa pikir panjang aku langsung mengajukan penawaran pada pekerjaan tersebut tak lupa dengan melampirkan portofolio tulisanku. Setelah beberapa hari harap-harap cemas, aku menerima surel yang menyatakan bahwa aku terpilih menjadi penulis di job tersebut. Sudah jelas bahwa aku sangat saat itu.
Karena kualitas, jadi semangat
Mungkin saat itu benar-benar keberuntungan bagiku, karena job pertama yang aku dapat adalah menulis lima buah artikel tentang “Pengalaman Belanja Online”. Hal tersebut jelas sangat menguntungkan bagiku, sebab aku sudah aktif melakukan belanja online sejak masa SMP. Berbagai transaksi sudah pernah aku lakukan, baik melalui marketplace hingga secara pribadi. Berbekal segelintir pengalaman serta riset kecil-kecilan yang aku lakukan, dalam satu hari aku telah menyelesaikan job menulis lima buah artikel tersebut. Sebagai informasi, pada job tersebut satu buah artikel berisi minimal 600 kata, dan tak jarang aku menulisnya lebih dari jumlah tersebut. Aku tak ingat pasti bagaimana kualitas tulisanku saat itu, yang pasti klien pertamaku tersebut sangat mengapresiasi pekerjaanku, hal tersebutlah yang pada akhirnya membuat aku dan klien menjalin kerjasama jangka panjang, BINGO!.
Penghasilan yang aku dapatkan pada job pertamaku itu adalah sebesar Rp. 10.000/artikel. Jadi ketika aku sudah menyelsaikan lima buah artikel dalam sehari, maka dalam sehari pula aku mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 50.000. “Lumayan” dalam hatiku. Tetap bersama klien yang sebelumnya, job keduaku adalah menulis artikel sepuluh buah artikel tentang review suatu toko online. Pada job kedua ini, aku mengamati berbagai aspek yang ada pada toko online tersebut yang kemudian aku tuliskan dalam artikel yang aku kerjakan. Sama seperti job pertamaku sebelumnya, pada artikel kedua ini aku menghasilkan Rp. 10.000/artikel, maka menjadi Rp. 100.000/10 artikel. Sedikit berbeda dengan job pertama yang tanpa revisi, dalam job keduaku aku harus merevisi beberapa bagian dari tulisanku yang mungkin menurut klien kurang cocok, tapi bagiku hal tersebut bukanlah masalah.
Ada juga pengalaman buruknya
Aku tak tahu pasti ini merupakan pengalaman buruk atau apa, karena tulisan ini berasal dari sudut pandangku, tapi aku harap tetap bisa menjadi tulisan yang menarik untuk dibaca. Seperti yang aku ceritakan diatas, job pertama dan keduaku berjalan mulus, dan mungkin yang ketiga mulai berjalan diatas permukaan yang cukup kasar. Job ketigaku bersama klien sebelumnya adalah menulis beberapa artikel yang klien inginkan, aku tak ingat artikel yang mereka minta bertema apa, tetapi yang aku ingat adalah; permintaan klien saat itu menulis artikel dengan jumlah kata yang lebih banyak dari artikel sebelumnya yakni berjumlah 1000 kata, sedangkan pada job-job sebelumnya berjumlah 600 kata. Yang menjadi permasalahan adalah besaran upah yang harus aku terima sama dengan job sebelumnya. Saat itu aku merasa hal tersebut tidak adil, karena meskipun hanya selisih 400 kata, aku pun harus meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk menulisnya. Berupaya melakukan negosiasi dengan klien tetapi tak kunjung menemui titik win win solution, aku dan klien memutuskan untuk mengakhiri kerjasamanya.
Satu lagi pengalamanku yang mungkin kurang baik. Setelah aku memutuskan kerjasamaku dengan klienku sebelumnya, aku mencari job menulis yang lain. Aku mendapati sebuah job menulis artikel yang bertema biologi, tanpa berpikir panjang lagi, aku mengajukan penawaranku dan kemudian diterima. Saat itulah kesalahanku dimulai. Singkat cerita, judul telah diberikan oleh klien dan aku bersiap mengerjakan artikel tersebut. Jelas diam mematung diriku karena ternyata yang harus aku tuliskan merupakan artikel tentang materi biologi untuk mahasiswa. Jelas materi tersebut tidak aku kuasai. Job tersebut berakhir dengan pengajuan pembatalan, yang pada akhirnya mempengaruhi performa akun freelanceku.
Setelah pengalamanku tersebut, aku terus melanjutkan karirku sebagai freelance writer yang berburu job menulis artikel di berbagai platform. Berbicara tentang penghasilan yang didapat oleh seorang penulis lepas jelas sangat bervariasi nominalnya. Banyak poin yang membedakan harga dari masing-masing penulis dan artikel. Namun selama mondar-mandir dalam dunia tulisan, aku rata-rata mematok harga Rp. 10.000/artikel yang berisi 600 kata. Berlaku kelipatan. Tapi karena pekerjaan ini bergerak dibidang jasa, maka sangat halal melakukan negosiasi bersama calon klien. Jika aku bekerja dalam mode fulltime, maka dalam sehari aku bisa menyelesaikan sebanyak 6 artikel 600 kata dan 3 artikel 1000 kata. Tetapi jika hanya dalam mode part time sangat menyesuaikan waktu luangku, yang penting semuanya selesai sebelum deadline yang ditentukan. Sepertinya bekerja sebagai freelance writer tidak bisa disamakan dengan seorang karyawan, yang artinya besaran gaji tidak dapat sebutkan perbulan.
Saranku
Berdasarkan sedikit pengalamanku selama ini, yang paling aku tekankan sebelum mengajukan penawaran pada suatu job adalah poin penguasaan materi. Setelah integritas dan gaji, penguasaan materi merupakan hal yang sangat penting. Karena dalam pekerjaan ini, sang penulis harus bisa menjabarkan satu hal menjadi ratusan atau bahkan ribuan kata hanya dalam satu artikel. Selain itu, bagi para pembaca yang ingin menggeluti pekerjaan ini, juga harus memiliki antusiasme dalam belajar dan perbanyak membaca. Hal tersebut dilakukan untuk menambah kosakata serta terus mengasah kemampuan menulis. Semoga bermanfaat.