Semakin sepinya order menjadikan tukang ojek banyak mengeluh. Dan selama ini sudah menjadi jamak, bahwa ojek adalah profesi antar jemput dengan motor. Tukang ojek hanya bisa menjangkau point atau lokasi khusus. Kebanyakan tukang ojek berada di spot berikut : Terminal, Stasiun dan Persimpangan. Mereka mangkal di sudut area tersebut. Maka mereka disebut ojek pangkalan. Order yang mereka dapatkan hanya mengandalkan kemampuan menawarkan jasa ke calon penumpang yang lewat.
Aplikasi ojek online yang terlahir menjadi solusi bagi banyak orang. Dari sisi profesi ini menjadi profesi baru. Sebuah profesi jasa antar jemput yang di support aplikasi canggih. Sehingga jutaan ‘tukang ojek’ menjadi produktif. Keterbatasan order Sang Tukang Ojek, Menjadi profesi berpotensi menjanjikan. Dari penghasilan puluhan ribu per hari. Menjadi ratusan ribu per hari.
Disisi konsumen, dinamika kegiatan dan transportasi menjadi lebih mudah. Dan jutaan pelanggan terlayani setiap hari. Ojek online menjadi pintu baru bagi dinamisasi kegiatan individu. Kemudahan mendapatkan layanan, sekaligus kemudahan untuk kegiatan ekonomi. Maka dua aspek sekaligus terupgrade signifikan : Profesi Ojek dan Penggunaan Ojek.
Asas kemudahan dalam layanan Ojek Online
Kemudahan menjadi poin penting. Pergeseran terjadi dari layanan konvensional tradisional menuju modern dan canggih. Hal hebat berikutnya, layanan bisa serentak dilakukan dalam volume yang besar di lokasi yang tersebar. Bahkan layanannya terstandard dengan baik. Aplikasi membantu penumpang mendapatkan layanan segera dan sangat privat. Meskipun demikian, standard layanan tetap terjaga karena regulasi perusahaan terhadap para driver.
Image tukang ojek yang agak ‘preman’ di era sebelumnya terhapus oleh citra profesionalisme layanan ojek online. Sehingga penumpang tenang dengan layanan terstandard. Dan driver pun mendapatkan hak nya bekerja secara langsung tanpa ada problem komunikasi. Karena tarif, driver, identitas driver dan juga opsi layanannya disajikan transparan.
Aspek hambatan psikologis di masa sebelumnya tereleminasi signifikan. Pengguna aplikasi merasa nyaman dan aman karena faktor ini terpenuhi. Pertama, Pengguna atau Konsumen memilih secara sadar. Kemudian ia memperoleh tarif yang transparan. Pengguna aplikasi pun bebas untuk melanjutkan pesanan atau membatalkannya sebelum tombol order di tekan (klik). Kedua, Pengguna merasa aman. Karena driver berseragam, menggunakan SOP dan bisa dinilai secara terbuka kinerjanya.
Membuka Kran Penghasilan Ojek Pangkalan
Mari kita tinjau berikutnya ke aspek ekonomi tukang ojek. Sebelumnya kita sepakati dulu tukang ojek yang menggunakan aplikasi online, selanjutnya kita sebut driver ojol. Ojek pangkalan sebagaimana di ulas diatas. Ia memiliki keterbatasan dalam mendapatkan order (pesanan) antar jemput. Hal ini disebabkan oleh tiga faktor : Pertama, jangkauan area layanan yang hanya mengandalkan traffict dimana dia mangkal. Kedua, kendala komunikasi. Dimana tidak setiap driver ojek memiliki skill memadai untuk menawarkan jasa nya. Ketiga, image bahwa tukang ojek biasanya sikap (attitude)nya memperihatinkan. Sehingga pengguna jasa transportasi lebih memilih alat transportasi lain karena faktor ketiga tersebut. Ada sebuah prinsip sederhana : “Maka siapa terbatas, ia memperoleh hasil terbatas”. Aplikasi ojek online menyelesaikan tuntas problem ini. Kemudian, membuka sekat keterbatasan itu.
Meningkatkan Kesejahteraan Profesi Ojek
Penghasilan driver ojek pangkalan, sebelumnya hanya puluhan ribu. Dan jika ada yang besar penghasilannya biasanya di spot tertentu yang traffict nya tinggi dan daya beli jasa ojek nya lumayan. Namun di desa dan tepian kota penghasilan driver ojek sungguh memprihatinkan. Sesaat setelah ojek online hidup dan marak. Penghasilan driver ini bisa 5 hingga 20 kali lipat dari sebelumnya.
Munculah trend dan isu baru pada profesi ini. Ojek online ‘sangat menjanjikan’. Maka berbondong bondong lah orang mendaftar driver. Hingga akhirya ojek pangkalan yang terlambat menyadari tertinggal. Muncul masalah lain berikutnya disini. Namun ojek online benar benar menjadi air hujan ditengah terik panas nya persaingan mencari penghasilan ojek pangkalan.
Membuka Lapangan Kerja Baru
Kisah ceria driver ojek online, menjadi booster. Para pencari kerja pun menyerbu. Ledakan jumlah driver ojek online tak terelakkan. Di kota besar yang menjadi pusat kegiatan penduduk dan mobilitasnya. Driver online benar benar meledak jumlahnya. Mulai Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan seterusnya.
Di tahun 2018, GoJek sebagai salah satu platform ojek online memiliki lebih dari Satu Juta Driver. Sejuta orang dengan profesi sama driver ojek online. Ledakan jumlah yang fantastis. Belum jika ditambahkan driver ojek online lainnya seperti Grab, Maxim dan plat form lainnya.
Angka Penjualan Motor Exponensial
Kisah ledakan jumlah driver ojek online ini beruntun di ikuti dengan ledakan penjualan kendaraan. Para driver ojol (ojek online) yang memang mandiri ingin bekerja nyaman dan juga memperbaiki layanan nya. Maka tak ayal lagi, motor dan sistem penjualannya pun mengalami pertumbuhan.
Ojek Online Sebuah Masalah Baru
Disana ada padi, Disana ada rumput. Disana ada gula, disana ada semut. Peluang dan segala keberlimpahan di kanan kirinya pasti ada persoalan. Filosofi ini bukan hal asing. Dimana ada peluang penghasilan disana ada peluang penyimpangan juga. Maka kehadiran ojol atau ojek online tidak akan jauh beda dari lainnya. Mengapa? Karena motif ekonomi. Setiap orang ingin memperoleh hasil maksimal dari mata air profesi ojek online.
Ada banyak soal yang ada, namun kita akan pilih yang unik. Karena mungkin tidak setiap orang bisa mendeteksi ini sebagai masalah atau persoalan. Hanya orang yang memiliki sense sosial dan kepekaan rasa manusiawi dapat mendeteksi keberadaan masalah ini utamanya. Kita kupas dipenjelasan berikutnya di bawah beberapa diantaranya.
Fenomena ‘Opang Berseragam’
Ojek online dengan fleksibilitas penggunaanya. Tidak memerlukan semacam markas, official atau pangkalan bagi para driver. Mereka bisa bekerja di rumah masing-masing. Dan bebas dimana saja secara fisik menyiapkan diri untuk menerima order secara online.
Namun belakangan hari, muncul keresahan warga yang salah satu sudut pemukimannya di gunakan para ojek online ‘nongkrong’ dan ‘mangkal’. Keberadaan sekelompok driver dengan seragam ojol ini menjadi mengurangi ketenangan warga. “Sebenarnya tidak mengganggu, hanya saja kami kurang nyaman jika ada sejumlah ojol nongkrong di komplek kami” Demikian salah satu kutipan statemen warga merespons driver ojol yang online dan menggerombol layaknya opal.
Karena perusahaan ojol berbadan hukum dan legal. Keberadaan driver ojol keluar masuk komplek perkantoran, perumahan, sekolah, cluster dan pemukiman. Namun di beberapa kota besar mulai ada fenomena orang berseragam ojol namun berperilaku preman atau menyimpang. Kuat diduga ini adalah seragam ojol yang pas tidak dipakai, kemudian digunakan oknum untuk melakukan aksi menyimpang. Akhinya mulai ada tulisan “Ojek Online Masuk Komplek Ijin”. Di sekolah sekolah juga mulai menerapkan sistem sekuriti. Artinya kehadirannya dipandang ‘lain’.
Profesi Kontemplasi
“Suamiku semalaman nggak pulang” Cerita seorang ibu yang kemudian di belakang hari diketahui seorang istri driver ojek online. Sepintas yang mendengar akan berfikir positif. Oh suaminya bekerja keras. Namun, dari segi substansial. Ini menjadi pertanyaan serius. Apa iya profesi ini menguras waktu banyak seperti kisah si istri diatas. Setelah di usut ternyata kedapatan, sang suami tidak bekerja namun di tempat lain. Intinya di luar rumah. Yang akhirnya banyak kisah tentang fenomena tersebut. Profesi bukan untuk mencari penghasilan, namun untuk memiliki tambahan kebebasan.
Rekrutment Para Pemalas
“Lha kenapa tidak tanya mas, saya menunggu 20 menit. Dan saya harus terlambat!” Demikian keluh seorang pelanggan yang terlambat ke kantor. Ia terlambat datang disebabkan karena driver ojol beralasan alamat si ibu sulit ditemukan. Sementara si ibu beranggapan bahwa driver terlalu malas sekedar hanya turun dari motor dan bertanya ke sekitarnya.
Kemudahan mendapatkan order dan uang melalui aplikasi ojol. Memang menjadi magnet bagi pribadi malas. Karena mudah, ringan dan tak perlu susah payah. Sikap mental ini dibawa oleh driver yang secara personality memang aslinya malas. Maka saat ia menerima order ia lamban. Saat ada kesulitan sedikit ia menghindarinya. Mulai malas balik arah, malas ambil order agak jauh dan seperti contoh diatas mulai malas turun dari motor untuk sekedar bertanya saat mencari lokasi penumpangnya.
Ya inilah sebuah resiko itu. Dimana ada celah disana ada yang akan mengisi. Dan aplikasi online tak bisa memilih karakter driver. Rekrutment hanya menyaring administratif. Bukan kualitatif. Bahkan sekarang akun ojol dijual belikan. Bukan hanya HP dan Aplikasinya. Bahkan beserta motor dan mobilnya.