Hai semua, kenalin namaku Irma, 26 tahun, saat ini aku tinggal di Kampung Bojong Kenyot, dan aku adalah seorang Driver Gojek. Sebenarnya aku berasal dari Sleman, Yogyakarta, namun semenjak kuliah di Jakarta aku sudah menetap di Kampung Bojong Kenyot ini, bagiku kampung ini adalah rumah keduaku setelah sleman.
Aku mau cerita tentang pengalamanku menjadi driver gojek, hingga bisa bertemu dengannya, si pelengkap jiwaku
Sebenernya tuh, menjadi seorang Driver Gojek itu ada senangnya, ada dukanya juga. Seneng banget pas bertemu dengan customer baik hati, ga rewel, ga memandang sebelah mata driver gojek cewe. Namun, dukanya pun gak kalah banyak. Kadang seharian cuman dapet satu pelanggan, bahkan lebih seringnya zonk, padahal sudah muter-muter keliling kota seharian. Selain itu, banyak cerita lucu yang aku temui selama menjadi driver Gojek. Intinya, aku sangat nyaman menjadi driver gojek.
Oke, ini bermula sekitar 6 bulan yang lalu. Waktu itu, aku masih pacaran sama Mas Arif. Aku sudah 2 tahun pacaran sama Mas arif, mas Arif adalah seniorku di Kampus. Aku nerima mas Arif karena aku yakin bahwa orang inilah yang akan serius menikahiku, di samping itu, mas Arif juga orangnya baik dan bertanggung jawab. Bukti tanggung jawabnya adalah dia mau nyambi jadi Driver Grabcar, padahal dia berasal dari orang yang berada.
Namun, terlalu lama aku menunggu kesangguppannya untuk menikahiku, setiap kali aku mengungkit-ungkit masalah pernikahan, jawabannya selalu saja,
“aku belum siap, tabunganku belum cukup.”,
padahal aku sama sekali gak pernah menuntut harus mengadakan pernikahan yang mewah, yang aku butuhkan adalah sebuah pernikahan. Ibu dan Bapakku di Sleman sudah menuntutku buat nikah, mereka takut gak kan ada yang mau nikahin aku.
Aku berkali-kali bilang ke Mas Arif,
“Mas, aku gak butuh pernikahan mewah, aku ga pengen resepsi di gedung berbintang, yang aku butuhkan hanyalah sahnya kita sebagai sepasang suami istri, masalah materi, kita bisa mencarinya bersama. Meskipun penghasilanku sebagai driver gojek Pas-pasan, meskipun akan tinggal ngontrak, aku ga masalah aku sudah terbiasa mas.”,
tapi, mas Arif terus saja mengelak sambil mengatakan,
“Iya, mas akan nikahin kamu kok, tapi gak sekarang, sekarang mas belum siap, tabungan mas belum cukup.”
Meskipun penghasilanku menjadi Driver Gojek hanya cukup memenuhi kebutuhan hidupku sehari-hari seperti makan, beras, sabun, uang kontrakan, listri, air, dan sejenisnya, namun aku masih bisa survive kok di Jakarta hingga saat ini. Meskipun bekerja sebagai driver Gojek itu melelahkan, terlebih bagi wanita sepertiku ini, namun sama sekali aku gak pernah ketakutan aku gak bisa makan besok pagi. Aku yakin, rezeki sudah di atur, aku tinggal menjemputnya saja. Termasuk rezeki orang menikah, sama sekali aku gak pernah khawatir. Namun, kenapa mas Arif kok selalu mengelak diajak nikah? Apa mas Arif emang gak niat nikahin aku? Aku dianggap terlalu menyepelekan masalah pernikahan.
Ya, setiap pulang kerja, pertanyaan di atas senantiasa terngiang-ngiang di kepalaku.
Mungkin benar, aku memang wanita yang terlalu menyederhanakan sesuatu. Iya sih, meskipun telah muter-muter seharian mencari Costumer, ternyata gak ada yang nyantol, aku gak ambil pusing.
Iya sih, mungkin aku terlalu menyepelekan semuanya, meskipun hanya mendapatkan 50 Ribu setelah berkeliling menjelajahi panasnya jalanan ibukota, namun aku tetap tenang. Padahal, minggu depan aku harus bayar aer dan listrik.
Akhirnya, setelah aku meminta petunjuk pada Tuhan. Aku lantas mengajak mas Arif ketemu, aku beralasan pengen makan nasi goreng spesial favorit kami berdua. AKu sengaja ga minta dijemput mas Arif, aku memintanya untuk langsung ketemu di sana, pukul 8 malem.
Setelah sampai di sana, kami ngobrol seperti biasa, saling menanyakan kerjaan masing-masing.
“Dek, kerjaan bagaimana?” Ujar mas Arif.
“Lancar mas, hari ini ada 7 orderan”, jawabku, sambil menyuap jeroan dan cumi yang terdapat dalam nasi goreng itu.
“Wah, syukurlah. Ada apa dek, kok tumber ngajak ke sini?” Tanya mas Arif.
“Aku lagi pengen aja mas. Kamu gimana mas? Orderan gimana?” tanyaku manja, sambil tersenyum.
“Hari ini ada lima orderan, lumayanlah.” Jawab mas Arif.
“Wah, berarti udah bisa dijadiin modal nikah dong?” Tanyaku sambil melihat mata mas Arif dengan tajam, dengan sedikit senyum.
Mas Arif tiba-tiba menghentikan suapannya, kemudian menyedot es teh yang ada di samping nasi gorengnya.
“Kok nyerempet ke sana dek? Mau ngebahas soal nikah lagi?” Mas Arif jadi agak kesel.
“Iya mas. Aku mau nikah.” Aku menjawabnya dengan pasti sambil melihat matanya.Kemudian memegang tangannya.
“Apa kamu gak mau nikahin aku Mas? Kita udah lama pacaran”, aku melanjutkan pernyataanku.
Mas arif langsung mengalihkan pandangannya dariku, dan melepas genggaman tanganku sambil berkata,
“harus berapa kali lagi kita bahas ini dek. Aku belum siap, tabunganku belum cukup”.
“Baiklah mas, kalau memang belum siap, aku akan mencari orang yang lebih siap darimu mas. Terima kasih atas semuanya”. Aku sudah mantab dengan keputusanku ini, nikat atau putus.
“Apa maksudmu? kamu ngancem?” Jawab mas Arif.
“Aku mau nikah mas. Mas nikahin aku, atau kita memang lebih baik putus.” Aku kemudian membersihkan mulutku dengan tisue, kemudian berdiri, dan membayar nasi goreng itu.
“Jangan main-main dek, kita udah melewatkan banyak hal bersama. Kamu mau putus gitu aja?” Kata Mas Arif ketika menghampiriku.
“Maka nikahin aku!!!” jawabku singkat.
Mas Arif terdiam tanpa kata.
“Oke mas, aku mengerti jawabanmu.” Ujarku sambil berjalan menuju motor, dan bergegas pulang.
Aku sudah mempersiapkan diri atas semua ini, aku tidak menangis, sedikit pun tidak menangis.
*Bersambung.
Baca juga cerita tentang driver grabcar: Cerita Pengalaman Driver “Selamat Tinggal Mas Grabcar” dan Romantisnya Pernikahan ala Gojek dan Grabbike!!!
Lanjutan cerita mas Arif
Laki2 payah itu mah…….nikah tu ga prlu mkirin biaya besar.klo u/sah aja mah pst sanggup.pa lg sdh 2th pcrn msa ia uang 5-10jt ja buat nikah sdrhana ga snggup.emang gada usaha’a x n ga niat jd’a bgtu trus jwbn’a.klo sya d tantang sprti itu dgn jwbn wanita yg sprti d crita itu,pst ak stuju aja.toh rezeki jg dh da yg ngatur jd ga usah tkt klo nti gbs nafkahin kluarga.asal mw brusaha n berdo’a jg pst rezeki ngikut.
Saya setuju mas, kalau mau tunggu mapan, kapan nikah nya?
lu sebenernya laki laki bertanggung jawab,,,,,BUKTIKAN,,,pacaran udah ‘2tahun,,dah lebih dari cukup,,,apa mau nunggu orang ke’3 SYETAN,,,istigfar mas,,srmpurnakan ISLAMMU dengan menikah,,dan jauhi dirimu dari ZINA,,,kalian pegangan tangan sudah di sebut ZINA,,TANGGUNG JAWAB BUNG!!! ( kalian belum mukhrim),,,,,