Menggeser-geser instagram stories sudah menjadi rutinitasku tiap waktu, aku menyukainya karena dari sanalah aku mendapatkan banyak hal, informasi, foto-foto teman yang menghibur, bahkan pekerjaan. Suatu hari, ada sebuah story teman kuliahku yang mampu menghentikan jari-jemariku, Okta, melalui storynya ia mengatakan bahwa sedang mencari penggantinya untuk mengerjakan job produksi video profil sebuah instansi pemerintahan setempat, aku berpikiran untuk hire job tersebut sehingga sejenak aku memperhatikan tawarannya dengan seksama, tetapi pada akhirnya aku memutuskan untuk tidak mengambilnya karena sejujurnya saat itu aku masih belum pernah memproduksi video profil dan aku masih tidak percaya diri untuk mengerjakannya.
Beberapa jam berlalu sejak itu, lonceng notifikasi berbunyi kemudian aku melihatnya, rupanya Direct Message instagramku diketuk oleh seseorang yang ternyata adalah Okta, ia menghubungi secara personal untuk memintaku mengerjakan video profil seperti di story instagramnya, dengan sekitar dua hingga tiga kalimat yang cukup panjang ia menjelaskan pekerjaannya secara rinci kepadaku, dan setelah beberapa pertimbangan akhirnya aku memutuskan untuk mengambil job tersebut. Okta meminta nomor whatsappku yang nantinya akan dikirimkan kepada client agar mudah menghubungiku, dan sejak saat itu aku mulai memperkirakan jumlah kru yang akan terlibat dalam produksi tersebut.
BENTUK TIM & SATUKAN VISI
Bimo dan Bian, adalah beberapa partnerku pada produksi audio visual sebelumnya, Bian cukup mahir dalam teori serta teknis pada bidang videografi, sedangkan Bimo adalah editor andalanku, kami bertiga beberapa kali terlibat dalam produksi yang sama lalu timbul semacam chemistry sehingga akan memperkuat teamwork bagi kami.
Atas dasar itulah aku menghubungi mereka berdua untuk bergabung menjadi satu tim dalam produksi video profil instansi pemerintahan. Beberapa hari berlalu dengan rutinitas yang cukup padat di kampus. Semua orang saat ini rasanya memiliki kebiasaan mengecek handphonenya setiap beberapa saat, begitupun denganku yang mengecek aplikasi whatsapp dan ternyata ada nomor asing yang menghubungiku, pikirku itu adalah client lemparan dari Okta.
Aku membuka pesan tersebut, isinya basa-basi awal chat pada umumnya, belakangan aku ketahui bahwa beliau biasa dipanggil ‘Bu Sukma’, yang ternyata adalah pimpinan dari instansi yang mengurus pajak kendaraan di Kabupaten. Melalui chat tersebut, Bu Sukma memintaku untuk datang menemuinya di kantor tempat ia bekerja pada waktu yang kami sepakati bersama. Saat itu aku dan Bian datang ke kantor Bu Sukma untuk menemuinya, disana kami membahas lebih rinci terkait konsep video yang ingin dibuat, teks narasi, jadwal produksi, serta banyak request dari Bu Sukma yang kemudian aku tanggapi dengan berbagai pertimbangan.
Pada pertemuan itu juga kami selaku pihak pertama dan kedua membuat kesepakatan kerja mengenai upah yang akan aku dapat, saat itu aku dan Bu Sukma sepakat bahwa untuk mengerjakan project kali ini aku dan timku mendapatkan upah sebesar Rp. 5.000.000. Sebagai informasi, kesepakatan yang kami buat tidak dilakukan hitam di atas putih, melainkan melalui lisan dengan modal saling percaya.
MULAI PRODUKSI
Video profil tersebut mengandalkan gambar-gambar yang dituntun oleh narasi berupa voice over, berkali-kali aku mempelajari teks narasi tersebut sambil menghubungi Caca, seorang teman kuliahku yang menurutku memiliki suara yang berbobot dan cocok untuk mengisi voice over pada video profil saat itu. Langkah awalku mengerjakan project tersebut adalah melakukan perekaman voice over Caca yang pada eksekusinya dibantu dengan Bimo sebagai editor.
Aku mengarahkan (direct) Caca untuk membacakan narasi dengan intonasi yang tepat, sesuai dengan poin-poin yang ingin diberi penekanan makna dalam video. Teks narasi yang harus dibaca oleh Caca cukup banyak, saat itu sekitar 2 lembar kertas A4. Kata demi kata serta kalimat demi kalimat telah dibaca oleh Caca hingga sesi perekaman suara atau dubbing kala itu selesai dengan sukses meski ada beberapa kendala kecil saat mengarahkan pembacaan teks sesuai intonasi. Tetapi setidaknya, aku dan timku telah menyelesaikan satu tahap dalam produksi video profil tersebut.
Sehari sebelum produksi hari pertama, aku dan Bian memastikan semua peralatan yang akan digunakan telah sepenuhnya siap, 2 kemera mirrorless, 1 kamera DSLR, 3 lensa dengan beberapa pilihan, 2 tripod kamera, 1 stabilizer, 1 mic condenser, 1 LED Portable, beberapa baterai kamera dan lampu, serta beberapa kartu memori kamera dengan kapasitas penyimpanan 32 GB dan 64 GB. Hari itu aku dan Bian bangun pagi sekali, sekitar pukul 04.00 WIB, setelah melaksanakan sholat shubuh kami berangkat menuju kantor Bu Sukma untuk mulai memproduksi video profil.
Sesampainya disana, aku dan Bian diminta untuk menunggu beberapa saat di lobby kantor hingga tak lama Bu Sukma datang dan menemui kami. Bu Sukma ternyata belum mempersiapkan segalanya, beberapa orang yang menjadi talent belum dipastikan, kondisi ruangan yang akan digunakan untuk produksi juga masih belum dikondisikan, masih banyak kegiatan karyawan yang sedang bekerja.
Oleh karena itu, kami menunggu cukup lama, sekitar 1 jam dan cukup membuang waktu kami. Beberapa orang talent sudah ditentukan, ruangan sudah dikondisikan, aku dan Bian mulai bekerja. Aku melatih serta mengarahkan para talent untuk beradegan sembari menunggu Bian mencari angle serta komposisi gambar yang sesuai. Produksi hari itu ada di beberapa lokasi, yakni scene dalam kantor, jalan raya, serta pasar. Scene dalam kantor sudah kami garap tuntas, selanjutnya adalah scene jalan raya, saat itu para talent beradegan berangkat ke pasar lengkap dengan seragam dan motor dinas.
Aku beberapa kali memutuskan untuk melakukan retake karena beberapa alasan meliputi adegan yang kurang pas, kamera yang goyang, serta kondisi lalu lintas jalan yang tidak kondusif, hal tersebut umum terjadi ketika melakukan pengambilan shot travelling, namun meski begitu kami sukses mengerjakannya. Pengerjaan scene di pasar dengan mudah kami kerjakan karena saat itu situasi di pasar cukup kondusif dan para talent sudah mulai terbiasa dalam beradegan. Setelah semua target hari itu selesai, kami kembali ke kantor Bu Sukma, beliau melakukan preview hasil video yang sudah kami kerjakan hari itu, beliau berkata cukup puas dengan hasilnya, begitupun dengan aku dan Bian.
Sejak awal Bu Sukma request dalam video tersebut disisipkan shot bird eye menggunakan kamera drone , maka dari itu aku menghubungi pilot drone andalanku yaitu Ruben, seorang anggota dari sebuah komunitas pilot drone di daerah tempat tinggalnya. Beberapa hari aku menyempatkan untuk mengambil footage bersama Ruben. Selain itu, Bu Sukma juga meminta agar backsound video tersebut adalah musik tradisional setempat sehingga aku membeli disalah satu studio musik tradisinional yang aku kenal dari internet.
Perlahan produksi sudah kami lalui step-by-step, hingga tiba pada tahap editing yang dilakukan oleh Bimo dan tentu saja dengan arahanku, Bima cukup mahir dalam mengolah tiap footage sesuai dengan konsep yang aku buat, sehingga editing berjalan relatif cepat. Beberapa kali aku mengirimkan preview kepada Bu Sukma melalui google drive, ada beberapa revisi yang kemudian langsung direvisi oleh Bimo. Video profil tersebut sudah berada dalam versi final, setelah dirender, aku mengirimkannya kepada Bu Sukma menggunakan USB Flash Disk, Bu Sukma puas dengan hasilnya kemudian melunasi pembayaran. Akhirnya seluruh tahapan produksi tuntas.
PENGHASILAN
Sudah disinggung diatas bahwa budget yang dikeluarkan oleh instansi adalah sebesar Rp. 5.000.000, pembayaran uang muka sebesar Rp. 2.000.000 yang kemudian kami gunakan untuk membayar pilot drone sebesar Rp. 1.000.000, harga tersebut tergolong murah karena aku melakukan negosiasi dengan Ruben. Uang tersebut selanjutnya aku gunakan untuk membeli hak pakai backsound musik tradisional seharga Rp. 250.000, harga segitu juga hasil negosiasi.
Perlu digaris bawahi, dalam melakukan negosiasi, aku selalu memikirkan pertimbangan tanpa mengesampingkan rasa menghargai karya, jadi dapat dikatakan harga segitu terbilang wajar. Selain itu, uang muka juga kami gunakan untuk biaya transportasi serta membeli beberapa kebutuhan produksi seperti baterai untuk lampu LED portable. Sehingga sisa uang muka yang ada di kami berjumlah Rp. 675.000.
Ketika sudah dilakukan plunasan oleh Bu Sukma, maka total penghasilan kami dari project tersebut berjumlah Rp. 3.675.000. Pembagian hasil berdasarkan tugas dan kesepakatan bersama antara aku, Bian, dan Bimo. Aku mendapatkan hasil Rp. 1.600.000, Bian Rp. 1.100.000, dan Bimo Rp. 975.000. Selain dari tugas dan kesepakatan bersama, pembagian hasil tersebut juga berdasarkan alat-alat pribadi yang kami gunakan karena juga dihitung sewa.
TIPS MEMBUAT VIDEO PROFIL PERUSAHAAN
- Jalin komunikasi & koordinasi yang baik dengan client maupun rekan satu tim.
- Buat kesepakatan yang baik, serta alur kerja yang efisien bersama tim
- Buat kesepakatan kerja dengan client, tidak hanya melalui lisan, tetapi dengan hitam diatas putih. Hal tersebut aku sarankan agar terhindar dari hal-hal merugikan yang terjadi karena tidak ada kesepakatan diawal. Dalam poin ini juga sepakati perihal upah yang akan diterima.
- Mematangkan konsep bersama client minim revisi, yang dapat dipastikan akan membuat kita lebih diuntungkan.
- Menyatukan visi tim dalam menggarap project.
- Ikhlas dan menikmati.
Demikian sedikit pengalaman kerjaku sebagai orang yang pernah membuat video profil perusahaan, semoga cerita pengalamanku menjadi manfaat dan berkah bagi banyak orang.