Mengenali, Menghindari, dan Menyelesaikan Permasalahan Order Fiktif

Order fiktif – atau dikenal sebagai Opik di kalangan driver – belakangan semakin sering ditemui oleh driver. Selain merugikan secara materi, order fiktif juga bisa menyebabkan driver dikenai sanksi oleh perusahaan. Order fiktif sendiri ada bermacam-macam jenisnya, misalnya :

Order yang dilakukan oleh orang iseng

Saya sendiri tidak pernah bisa memahami apa yang ada di pikiran orang-orang yang melakukan order fiktif hanya karena iseng. Meski tidak masuk akal, toh order fiktif jenis ini seringkali terjadi.

Beberapa rekan driver bercerita bahwa mereka mengalami kerugian ketika ada customer yang memesan layanan gofood/ grabfood dengan nominal yang cukup besar, namun alamat pengiriman ternyata tidak bisa ditemukan. Kadang mereka bertemu dengan orang-orang yang berbaik hati untuk membayar order tersebut, namun seringkali juga mereka terpaksa membawa pulang makanan tersebut.

Rekan driver yang lain menerima order fiktif untuk menjemput customer di malam hari. Namun ternyata alamat penjemputan ada di area sekitar TPA dan kuburan umum.

Order yang dilakukan untuk merugikan driver atau pihak lain

Order ini biasanya dilakukan karena adanya permasalahan pribadi. Entah dengan driver, pemilik restoran (berlaku untuk kasus order makanan), atau bahkan kepada penerima yang disebutkan dalam pemesanan.

Beberapa waktu yang lalu sempat viral kasus order fiktif berupa pengiriman makanan kepada salah satu karyawan bank swasta senilai jutaan rupiah. Penyebabnya sepele, pelaku order fiktif merasa sakit hati akibat korban menolak cintanya.

Order yang dilakukan untuk menjatuhkan reputasi driver

Pada order fiktif jenis ini, biasanya customer akan mencari berbagai alasan untuk menjatuhkan reputasi driver. Misalnya pada saat penjemputan, customer akan beralasan bahwa ia telah berangkat dengan ojol lain karena driver terlalu lama. Customer tidak mau melakukan cancel dan memaksa driver untuk melakukan cancel order.

Baca juga:  Penumpang Grab Tidak Sopan? Cepat Lapor!

Ada juga pengalaman rekan driver yang mendapatkan rating buruk dari customer, padahal segala sesuatunya berjalan dengan lanca dan tidak ada masalah.

Sebelum terjebak order fiktif, driver harus mencoba menghubungi customer setidaknya tiga kali dalam waktu 15 menit. Apabila tidak bisa dihubungi, kemungkinan besar order tersebut adalah order fiktif. Selain itu, driver juga perlu melakukan pengecekan apakah alamat yang tertera (note dari pelanggan) sudah sesuai dengan titik penjemputan.

Namun meski sudah berhati-hati, tetap saja ada customer nakal yang berhasil mengelabui driver. Perusahaan memahami ini dan berusaha membantu memberikan solusi. Untuk Gojek misalnya, ada dua langkah yang bisa dilakukan :

  • Sebelum menekan tombol ‘sudah menjemput’, ‘sudah membeli pesanan’, atau ‘sudah mengambil barang’, driver bisa melakukan pembatalan order dengan memilih alasan pembatalan ‘Order Fiktif’
  • Apabila driver telanjur menekan tombol ‘sudah menjemput’, ‘sudah membeli pesanan’, atau ‘sudah mengambil barang’, maka driver bisa melapor melalui aplikasi (Halaman Bantuan), call center, ataupun melalui email (khusus driver gojek) [email protected].

Berurusan dengan order fiktif memang menyebalkan. Oleh karena itu, luangkan sedikit waktu untuk memastikan apakah order tersebut real/ fiktif. Tidak ada ruginya, daripada harus menanggung kerugian yang jauh lebih besar.

Bagikan:

Tinggalkan komentar