Generasi milenial, katanya, adalah generasi yang kaya. Kaya ide, kaya gagasan, kaya kreativitas. Generasi milenial juga generasi yang nggak harus bekerja dari kantor. Sambil gegoleran dan leyeh-leyeh di rumah juga bisa menghasilkan uang. Kerja online, asal ada jaringan internet, paket data penuh dan gawai di tangan, tinggal ketak-ketik keyboard trus nunggu transferan, deh.
Emang iya begitu? Iya sih, tapi prosesnya nggak semudah itu juga, Esmeralda. Bekerja online dari rumah itu, walau terkesan sangat fleksibel, ramah keluarga (karena bisa sambil ngasuh anak, salah satu alasan banyak perempuan yang memilih bekerja online), juga tidak banyak aturan. Itu pemikiran awal saya saat memutuskan untuk memilih karir ini setelah resign dari sebuah perusahaan multinasional.
Nggak akan ada target gila-gilaan yang mengharuskan saya bekerja keras bagai kuda, nggak harus dandan cantik (yang seringnya malah menguras gaji banget), dan yang paling penting, nggak harus meninggalkan anak di penitipan. Sip. Pas banget sama keinginan dan kebutuhan saya. Lantas dengan mengucap bismillah saya ketok palu, sah menjadi seorang online worker.
Tanpa menyangka bahwa tantangan kerja di depan saya sama besarnya dengan tantangan kerja di kantor.
Jenis Pekerjaan Online Untuk Mamah Muda
Adakah pembaca di sini yang mamah muda? Atau calon mamah muda? Atau suami dari mamah muda? Anggap saja ada,ya.
Banyak sekali pekerja online yang statusnya adalah ibu muda atau calon ibu muda. Pertimbangan akan pengasuhan anak adalah alasan terbesar untuk rehat dari hiruk-pikuk dunia korporasi dan beralih haluan menjadi pekerja bebas yang berkantor di rumah.
Dari sekian banyak pilihan jenis pekerjaan online, paling tidak ada tujuh jenis yang paling sering dilakoni oleh ibu muda.
1. Toko online
Menjadi online shopper adalah pilihan paling praktis dan paling cepat tersirat di dalam pikiran saat memutuskan akan bekerja online. Dengan tagline ‘shopping adalah dunia wanita’ maka ini seperti mengerjakan hobi yang dibayar (bagi yang hobi shopping tentunya). Membuka online shop tentu saja lebih praktis dibanding membuka toko konvensional. Selain itu lebih ekonomis dalam biaya, lebih luas jangkauan marketnya, dan lebih banyak varian barang yang bisa dijajakan. Baik itu online shop di website yang kita bangun sendiri, maupun di marketplace.
2. Reseller
Selain MLM dan dropshipper, sistem reseller adalah sistem yang paling banyak dipilih oleh perempuan saat akan bekerja online. Pertimbangannya adalah produk yang sudah dikenal, sistem dan jaringan yang sudah kuat, ada support system berupa pelatihan online dan copy writing yang bisa ditiru serta fee penjualan yang lumayan. Saya sendiri pernah menjadi reseller gamis, produk herbal, multivitamin, hingga buku (sekarang masih jualan buku, sih. Buku saya sendiri yang kebetulan sedang open PO ehehehe).
3. Admin sosmed
Admin sosmed biasanya bertugas menyusun konten dan mengunggahnya ke sosmed klien dengan aturan tertentu. Membalas komen dari follower dan menjalin keterikatan dengan mereka. Bagi kamu yang hobi berjejaring sosial, pekerjaan ini menarik sekali, loh.
4. Blogger
Blogger adalah salah satu pekerjaan online paling lawas yang pernah ada dan masih bertahan hingga sekarang. Bagi yang hobi menulis, blogger dapat menjadi lahan pendapatan sekaligus penyaluran hobi. Jika blog-mu memiliki trafik bagus, hasil dari iklan yang numpang di sana lumayan loh, buat jajan cantik di mal. Belum lagi kesempatan untuk memenangkan kontes blog dan dilirik penerbit. Hmm…, yummy.
5. Content writer
Jika tidak memiliki blog (atau punya tapi malas mengurusnya hingga jamuran dan bulukan), menjadi content writer adalah alternatif pekerjaan menulis online yang menghasilkan. Kamu bisa menulis di media online, mencari job freelance untuk menulis artikel berbagai tema dan niche, dll.
Tapi disarankan sih, tetap punya blog, ya. Atau paling tidak rajin menulis di medsos, deh. Gunanya untuk portofolio, karena saat mengajukan diri sebagai penulis di media online biasanya dimintai portofolio hasil tulisan sebelumnya yang pernah dipublikasikan.
6. Desain grafis
Dengan pengetahuan dan keterampilan Photoshop, Coreldraw, atau bahkan Canva dan Picsart, siapa saja bisa bekerja secara online dari rumah dan menjual hasil karya desainnya. Bisa dengan mendesainkan logo olshop, cover buku, mendesain e-flyer untuk komunitas, dll.
7. Influencer dan YouTuber
Nah ini, mamah muda milenial yang memiliki banyak follower, suka membuat konten yang unik dan asyik dan suka tampil, biasanya cocok dengan pekerjaan ini. Macam-macam ide bisa dijadikan konten YouTube, mulai dari resep, unboxing produk, tutorial, dll.
Tantangan Bekerja Online Dari Rumah
Tantangan Bernama Pekerjaan Rumah
Salah satu alasan saya bekerja dari rumah, yak arena ingin lebih bisa mengurus anak dan rumah tangga. Maka tantangan terbesar saya memang mengurus rumah dan menemani anak dalam perkembangannya. Di awal-awal, saya kelimpungan. Saat pekerjaan beres, rumah berantakan. Rumah beres, job keteteran. Akhirnya saya dan suami berembug dan menghasilkan keputusan bahwa beberapa pekerjaan akhirnya didelegasikan.
Saya juga belajar manajemen waktu kembali, bagaimana mengelola 24 jam yang saya punya untuk tetap produktif namun tidak mengabaikan tugas rumah tangga. Di sini, peran mata kuliah manajemen yang saya pelajari sangat berpengaruh,loh. Mulai dari analisa SWOT hingga memakai metode SMART dalam membuat perencanaan dan target.
Produk Harus Dijual, Bukan Dipakai Sendiri
Salah satu tantangan besar terutama saat membuka toko online sendiri adalah tumpukan stok barang yang menggoda. Apalagi kalau barangnya lucu dan cantik. Dengan alasan untuk bahan promosi, endorse (modelnya diri sendiri karena belum bisa membayar model), jadilah dipakai sendiri. Akhirnya laba jualan tidak lebih besar dari modal yang dikeluarkan, alias hanya BEP saja hehehe.
Agar Anak Paham Bahwa Ibunya Bekerja
Salah satu tugas mamah muda yang bekerja online adalah memberikan pengertian pada anaknya bahwa dirinya juga bekerja. Harus ada batasan waktu yang jelas kapan mamanya sedang bekerja, kapan tidak. Saya sendiri memberi batasan pukul delapan hingga sepuluh pagi dan pukul dua hingga empat sore setiap hari untuk online.
Saat jam online saya, anak juga saya beri pengertian dan kegiatan sampingan agar tidak mengganggu saya. Jika sudah sampai batas waktunya dan masih ada chat pelanggan atau pekerjaan yang belum tuntas, saya akan tinggalkan dan lanjut di waktu online berikutnya.
Dengan pembagian waktu yang konsisten seperti itu, anak saya (saat itu usianya 3 tahun) paham bahwa ibunya memang bekerja, bukan sekadar bermain gawai dan ketak-ketik saja. saat saya mendapat hasil dari pekerjaan saya, anak juga kecipratan. Sambil saya terangkan bahwa ini upah hasil saya bekerja, dan dia saya beri karena sudah kooperatif dengan tidak mengganggu saya saat itu. Uangnya kami tabung dan digunakan nanti, untuk membeli kebutuhannya.
Ketika Kasur Dan Keyboard Sama Nyamannya
Nah ini, kasur dan keyboard memang sering banget kelihatan sama empuknya. Apalagi di jam online kedua, yang mana adalah jam ngantuk setelah makan siang. Kalau ini yang terjadi, biasanya saya mengetik sambil berdiri ahahah. Atau menggunakan teknik Pomodoro.
Pengelolaan Keuangan
Biarpun bekerja online itu dari rumah, tetap saja pengelolaan keuangannya harus dipisahkan dari keuangan rumah tangga. Supaya rapi, teratur, dan memudahkan saat ingin mengetahui omset dan laba.
Tips Mengatur Waktu Agar Tetap Patuh Deadline
Kandang waktu
Saya biasa memberi kandang atau batasan jelas untuk waktu saya. Saat masih membuka olshop dan menjadi reseller, jam kerja saya pukul 8-10 WIB dan 14-16 WIB.
Saat sudah menjadi freelance writer dan penulis buku, saya membagi waktu ke dalam dua kandang besar. Pukul 21.00-05.00 WIB adalah waktu untuk saya bekerja, tidur malam (3 jam), dan bekerja kembali. Pukul 05.00-21.00 WIB adalah waktu saya untuk keluarga. Salat berjamaah, menemani anak beraktivitas (saat usia 5 tahun anak saya memilih homeschooling sebagai cara belajarnya), menemani suami, dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Apa saya kecapekan? Nggak juga sih. Kan siang-siang saya bisa istirahat, sambil menemani anak yang juga istirahat hehehe.
Pomodoro
Pomodoro (bukan Podomoro Group ya), adalah cara kerja ala Jepang, dimana kamu mengerjakan pekerjaanmu selama non stop dalam 25 menit, lalu istirahat 5 menit, lalu lanjut lagi 25 menit berikutnya hingga selesai. Lumayan loh, bisa menghindari kepala pusing dan mata berair karena kelamaan melihat layar sambil mencari ide konten hehehe.
Fake deadline
Deadline tujuh hari? Buat pengingat bahwa deadline-nya 6 hari, supaya sisa satu hari bisa untuk jaga-jaga mana tahu ada kondisi darurat yang membuatmu tidak bisa menyentuh pekerjaan saat itu.
Itu dia sekelumit cerita dan bagi-bagi pengalaman saya sebagai pekerja online, bekerja dari rumah sambil mengurus keluarga. Ambil manfaatnya (kalau ada), dan buang yang tidak bermanfaat, ya.