Sejak kuliah di Fakultas Teknik di salah satu perguruan tinggi di Indonesia, saya sangat senang dengan dunia dan pekerjaan oil and gas. Informasi tentang segala hal yang berhubungan dengan dunia oil and gas khususnya offshore (lepas pantai) berasal dari dosen, browsing sendiri di internet dan lain sebagainya. Suatu tantangan bagi saya untuk bisa bekerja di lapangan itu laki-laki banget tepatnya di laut lepas pantai. Sering saya lihat video di youtube bagaimana tantangan dan kerasnya bekerja di offshore.
Proses Penerimaan Kerja Offshore
Awal saya bekerja offshore adalah dibukanya sebuah lowongan kerja dari sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Jakarta untuk pekerjaan offshore. Pekerjaan ini memang bergerak dibidang service offshore. Banyak perusahaan oil and gas yang memakai jasa dari perusahaan service ini.
Saya mempelajari perusahaan tersebut melalui website perusahaan dan bertanya-tanya ke senior angkatan kuliah saya yang telah masuk dan duluan bekerja di perusahaan tersebut. Saya juga mempelajari tentang posisi lowongan tersebut, apa saja yang harus saya kuasai, dan pekerjaan apa yang kelak nanti saya akan lakukan. Dan akhirnya saya melamar untuk posisi lowongan tersebut karena cocok untuk saya dan menurut saya sesuai dengan kriteria yang saya miliki.
Lowongan yang dibuka adalah posisi sebagai hydrographic surveyor. Saya menyiapkan lamaran dari mulai curriculum vitae atau daftar riwayat hidup, surat lamaran, ijazah dan transkrip nilai, seritifikat – sertifikat yang saya miliki juga saya lampirkan. Saya melamar lowongan tersebut secara elektronik dengan mengirim email ke HRD Perusahaan dan juga kirim surat melalui biro ekspedisi ke alamat perusahaan tersebut.
Beberapa minggu setelah memasukkan lamaran, Alhamdulillah saya ditelpon oleh pihak HRD perusahaan tersebut untuk penjadwalan interview dengan tiga orang yaitu, Chief Surveyor, Operation Manager dan Survey Manager.
Saya ingat waktu itu jadwal interview ketika sedang bulan puasa Ramadhan. Jadwal interviewnya waktu itu siang hari setelah jam makan siang. Pertama saya diinterview oleh dua orang dulu, yaitu Chief Surveyor dan Operation Manager.
Kedua orang tersebut orang Indonesia asli, jadi saya interview dengan mereka menggunakan Bahasa Indonesia. Berbagai pertanyaan dilontarkan kepada saya dari mulai perkuliahan, pengalaman organisasi, pengalaman kerja, pelatihan-pelatihan yang pernah saya ikuti, bahkan keadaan keluarga saya pun ikut ditanyakan juga. Saya sempat gugup dan Alhamdulillah saya bisa melewati itu semua. Kurang lebih satu jam saya berada diruangan itu. Ruangan yang menurut saya tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit juga.
Pewawancara ketiga yaitu Survey Manager. Saya kaget ternyata Survey Manager-nya orang bule, kemungkinan dari negara Australia. Memang di Perusahaan yang saya lamar ini tenaga kerjanya tercampur ada tenaga kerja dari Indonesia dan tenaga kerja dari luar Indonesia. Ketimbang dua orang sebelumnya, saya agak deg-degan dengan orang bule ini.
Interview kurang lebih sekitar setengah jam, tidak selama dengan dua orang sebelumnya. Berbagai pertanyaan dilontarkan kepada saya berbeda dengan dua orang sebelumnya. Saya ditanya seputar hobi, kegiatan dan pertanyaan-pertanyaan yang menurut saya tidak terlalu formal. Bahkan saya ditanya kenapa saya suka senyum. Karena memang saya memiliki eye-smiled jadi kayak orang yang sering tersenyum.. 🙂 Overall, Alhamdulillah semua dapat terlaksana dengan baik.
Pada hari itu juga, saya langsung diberitahukan untuk melakukan medical check up esok harinya. Jadwal medical check up di salah satu klinik di Jakarta. Karena saya dari luar jakarta terpaksa saya harus cari tempat menginap pada hari itu. Akhirnya saya berangkat untuk medical check up dan saya diperiksa satu persatu mulai dari darah, urin, mata, telinga, pernapasan, jantung, fisik secara lengkap dan pemeriksaan lainnya. Saya sendiri tidak tahu hasilnya karena tidak diberitahukan hasilnya oleh klinik maupun dokter yang ada disitu.
Beberapa minggu setelah tes medical check up saya ditelpon oleh pihak HRD bahwa saya dinyatakan diterima untuk bergabung pada perusahaan service offshore tersebut. Kemudian ditanggal yang telah ditentukan oleh perusahaan, saya berangkat dihari pertama kerja saya. Pada saat itu saya dibawa keliling ke seluruh karyawan untuk berkenalan satu – persatu. Setelah saya ditraining kurang lebih satu bulan di kantor pusat Jakarta. Dan akhirnya saya berangkat untuk kerja offshore, saya mendapatkan proyek pertama saya di laut Natuna.
Suka Duka Kerja Offshore
Setelah saya merasakan sendiri bagaimana bekerja di offshore akhirnya saya menemukan sendiri jawaban dari impian yang dulu pernah saya harapkan jika bekerja di offshore. Saya dapat menyimpulkan sendiri bagaimana suka dan duka bekerja di offshore.
Bekerja di offshore memiliki disiplin yang sangat tinggi dan sangat menghargai waktu karena setelah selesai dari sebuah pekerjaan kita akan dihadapkan oleh pekerjaan yang lain dan itu terus bergulir hingga proyek pekerjaan tersebut selesai.
Bekerja di offshore dapat melatih kemampuan bahasa inggris kita, baik lisan atau berbicara dengan orang lain maupun secara tulisan administrasi. Bagaimana tidak, para pekerja di offshore itu campuran dari berbagai negara, mulai dari Indonesia, India, Amerika Serikat, Filipina, Singapura, Malaysia dan berbagai negara lainnya. Kita setiap hari harus berkomunikasi dengan bahasa Inggris, membuat laporan, surat dan administrasi lainnya juga dengan bahasa inggris.
Bekerja di offshore bisa membuat kita bisa berkeliling ke berbagai negara atau keliling dunia, karena proyek offshore tidak terbatas di Indonesia saja. Jika ada proyek offshore di Cina, kita berangkat dari Indonesia menggunakan pesawat ke Cina, kemudian kita menggunakan transportasi darat dari Bandara ke Pelabuhan yang terdekat dengan lokasi proyek offshore, kemudian kita berangkat menggunakan kapal (boat) menuju lokasi offshore dari pelabuhan tersebut. Kita jadi tau bagaimana negara Cina dan negara lainnya yang kita kunjungi.
Bekerja di offshore membuat kita memiliki banyak pengetahuan maupun keterampilan yang banyak karena bekerja di offshore itu tidak monoton, selalu update dengan perkembangan ilmu dan teknologi seiring dengan perkembangan zaman. Banyak pengalaman yang tidak terduga yang belum pernah kita rasakan seperti kita naik helikopter, naik pesawat terbang berjam-jam, naik kapal laut dan lain sebagainya.
Bekerja di offshore juga bisa merasakan macam makanan dari berbagai negara, jadi bisa sekalian mencoba kuliner – kuliner selain kuliner Indonesia. Fasilitas di offshore juga lumayan lengkap seperti makanan yang enak, cemilan dan minuman yang tiada habisnya. Fasilitas tempat tidur AC, home theater, dan fasilitas fitness lengkap. Ada juga telepon satelit yang bisa kita gunakan untuk menelpon keluarga kita.
Gaji Bekerja di Offshore
Gaji yang saya terima bekerja di offshore adalah sekitar Rp. 350.000 sampai dengan Rp. 1.000.000 per hari. Tergantung jenis proyek, kesulitan pekerjaan, geografis lokasi dan sebagainya. Cukup besar, namun sesuai dengan resiko pekerjaannya.
Sedangkan duka bekerja di offshore, jelas, jauh dari keluarga. Kadang ketika bertugas di offshore tidak ada sinyal handphone bahkan wifi di atas kapal atau platform juga tidak ada. Pernah saya putus komunikasi dengan keluarga hampir tiga bulan :(. Kerja keras setiap hari dengan model kerja shift 12 jam-12 jam, bahkan ekstra jam kerja hingga 24 jam tidak tidur jika ada masalah, kebocoran dan sebagainya. Pernah saya tidur sambil berdiri karena hampir tidak tidur seharian lebih.
Apabila proyek offshore selesai dan saya pulang ke rumah, status saya bukan cuti atau libur melainkan standby on call, saya harus siap dipanggil kapan saja 24 jam dan besoknya langsung terbang ke negara tempat proyek offshore berlangsung. Setelah dua atau tiga bulan saya di offshore dan baru istirahat di rumah dua hari, saya sudah ditelepon manager saya untuk berangkat lagi besoknya ke negara dimana ada proyek offshore dan tiket pesawat terbang sudah dikirim ke email sekitar satu jam setelah manager saya telepon.
Pernah teman kerja saya mengalami seperti itu, dia sedang sholat tarawih di masjid pada bulan Ramadhan. Ditengah-tengah sholat menuju rokaat berikutnya dia menerima telepon dari managernya bahwa kapal untuk membawa pekerja offshore sudah nunggu dipelabuhan sekarang. Dia langsung keluar masjid untuk pulang dan langsung berangkat menuju pelabuhan.
Proyek-proyek di offshore memang tidak pasti, karena namanya ditengah lautan kondisinya dinamis seperti ada badai, angin kencang yang berbahaya atau ombak lagi tinggi. Itulah kenapa kita harus selalu standby on call.
Orang-orang asing di offshore dari luar negeri juga sering menganggap remeh pekerja Indonesia. Mereka sering memerintah kami seenaknya bahkan berkata kasar kepada kami, padahal kami bukan anak buah mereka.
Pak…
Itu foto kamarnya kelihatannya bersih bgt…ada yg bersihin ato kita yg bersihin sendiri??
Maksudnya ada housekeeping yg bersih2 kamarnya
bersihin sendiri