Pergerakan Tarif dan Idealisme Driver Ojek Online

Ojek Online (Ojol) sejak pertama beroperasi dan legal. Telah menerapkan sejumlah pola dalam memberikan benefit maupun profit bagi drivernya. Beberapa pola yang diterapkan antara lain memberikan skema bonus dan penghasilan langsung per trip. Driver ojek online memiliki beberapa pintu pemasukan.

Beberapa jenis pemasukan driver ojek online antara lain,

Pertama, Pembayaran trip langsung. Yakni sejumlah uang cash yang diterima driver karena melaksanakan tugas antar dan jemput. Tarif pun disepakati berdasarkan jarak dan kepadatan order. Makin jauh pengantaran makin tinggi tarifnya. Order di jam dan hari sibuk juga memiliki nilai tarif yang lebih tinggi.

Kedua, bonus kuota trip. Operator ojek online berupaya mendorong peningkatan jumlah transaksi dengan memberikan bonus per kuota transaksi. Misalkan driver ojol mengantar dalam sehari sejumlah tertentu dapat tambahan hasil tertentu. Jadi bukan hanya pembayaran langsung, saat seorang driver ojol telah menyelesaikan misalkan 20 trip ada tambahan sekian ratus ribu.

Ketiga, bonus akses layanan fitur lain. Saat driver ojol berhasil merekomendasikan sistem dan layanan lainnya di akses pelanggan aplikasi. Ia mendapat point bonus tambahan. Contohnya sistem deposit, saat driver berhasil menginput deposit melalui aplikasi ojol. Ia berhak dapat bonus.

Skema diatas benar benar membuat driver ojol bergairah. Penghasilan pun meroket. Jika di bandingkan antara penghasilan ojek pangkalan ke ojek online. Penghasilan bisa berlipat hingga puluhan kali lipat. Driver ojol motor di awal masa ojol bisa memperoleh 5 juta hingga 10 juta bahkan.  Driver di awal waktu benar benar mengalami euforia.

Rejeki nomplok begitu driver ojol yang bergabung di masa awal ojol beroperasi. Meskipun tantangannya berat, karena berhadapan dengan ojek pangkalan saat itu. Namun income mereka fantastik. Membuat setiap driver begitu antusias mencapai target harian mereka. Penghasilan total bulanan mereka bisa mengalahkan gaji seorang supervisor bahkan seorang manager.

Baca juga:  10 Perbandingan Jenis Mobil Grab 2019 VS 2018

Namun tak selamanya air danau tenang. Ada riak gelombang. Kadang pasang kadang surut. Demikian juga terjadi pada ojek online. Driver ojol yang mengikuti perkembangan dunia ojek online dari awal hingga saat ini tentu memahami banyak hal yang terjadi. Dari hanya isu perubahan tarif dasar hingga ketentuan bonus bahkan isu akuisisi perusahaan.

Pertumbuhan angka jumlah driver di sebuah kota menyebabkan kesempatan terdistribusi. Juga menyebabkan terjadinya penurunan potensi seorang driver memperoleh jumlah order yang sama dari hari ke hari. Ibarat kolam, jika satu kolam di pancing 5 orang tentu hasil pancingannya berbeda dengan kolam yang sama dipancing 20 orang. Meski jumlah ikannya sama, namun peluang mendapatkan ikannya juga relatif lebih kecil. Analogi ini relevan dengan hari-hari ini. Maka tak heran mulai ada keluhan driver “hari ini sepi om, sejak pagi baru dapet empat penumpang”. Memang keluhan tersebut banyak maknanya. Namun hal yang menjadi titik kejar para driver tersebut menjadi kurang relevan.

Rekrutmen Besar Besaran Ojol

Untuk keperluan jangkauan layanan. Operator ojol membuka pendaftaran driver besar-besaran. Hal tersebut ditempuh untuk keperluan coverage area layanan. Maka persaingan di masing-area terjadi. Pemerataan layanan yang diharapkan akhirnya memunculkan persaingan tak di harapkan. Driver pun kemudian hanya berkumpul di area tertentu yang biasanya padat konsumen. Secara ekonomi ini wajar namun secara konseptual hal ini menimbulkan masalah. Pasarnya sama dibagi ke driver lebih banyak. Maka penghasilan menurun.

Perubahan Ketentuan Bonus Ojol

“Saya tinggal kejar order 8 kali lagi pak” Pernyataan yang sering didengar konsumen dari celetuk driver ojol. Pernyataan tersebut sebenarnya adalah sebuah target penghasilan driver ojol. Operator ojol menerapkan bonnus kuota order harian untuk mendorong layanan masif. Memotivasi driver untuk bekerja lebih lama. Sehingga area tersentuh layanan ojol secara merata dalam rentang waktu tertentu. Rupa-rupanya bonus ini menjadi makin sulit dijangkau. Sementara itu di regulasi vendor sering ada perubahan. Pertama, bonus dikurangi. Misalkan target harian dengan 14 order dapat Rp. 150.000. Pada periode lanjut dikurangi menjadi Rp. 100.000. Kerja driver sama, namun hasilnya menurun. Kedua, prasyarat naik. Misalkan untuk dapat bonus harian Rp. 250.000,- dari prasyarat 14 order dinaikkan menjadi 22 order. Maka saat upaya dana jam kerja ojol sama, peluangnya penghasilan turun.

Baca juga:  Tips Menghindari Pelecehan Saat Naik Ojek, Penumpang Wajib Tahu!

Kebijakan atau perubahan regulasi vendor terkadang di abaikan driver. Namun kompetitor kadang tidak tinggal diam memanfaatkan kesempatan yang ada untuk merekrut driver berpengalaman. Munculah platform baru yang lebih akomodatif. Maka semakin banyak pemain ojol. Artinya kue area di masing masing kota semakin terbagi. Secara keseluruhan penghasilan driver menurun.

Persaingan didunia bisnis bukan hal baru. Driver ojol akhirnya memilih diantara dua pilihan. Bertahan di platform ojol pertama atau berpindah. Munculah dua fenomena unik. Pertama, transaksi akun, banyak akun di jual. Maka user ojol sering bertemu driver yang bukan pemilik aslinya. Nama drivernya perempuan saat di order dan yang datang seorang bapak-bapak. Fakta yang sudah terjadi. Kedua, akun ganda driver. Seorang driver ojol memiliki dua atau bahkan tiga akun. Demi mengejar pengasilan atau probabilitas penghasilan. Driver ini lupa menyadari bahwa biaya operasionalnya naik. Baik manitenance gadget nya, kuota data dan keperluan administrasi masing-masing vendor.

Fakta ini cukup menjelaskan bahwa sebenarnya telah terjadi penurunan penghasilan. Upaya driver berpindah vendor, double akun hanyalah sebuah indikator para driver sedang survival. Mereka berupaya bertahan agar penghasilan stabil.

Fenomena Kerja tidak Sportif (Fairless)

Fenomena unik pada dinamika per-ojol-an masih ada lainnya. Yang berikutnya akan kami kupas adalah fenomena ‘virtual driver’. Driver ojol virtual ini nyata. Yang bekerja adalah software. Orang awam menyebutnya Robot atau Tuyul. Keberadaan mereka di layar aplikasi pelanggan nampak nyata dan ada. Namun saat di order yang datang adalah driver dari arah lain. Jadi tuyul ini masuk ke detektor layanan virtual ojol. Karena algoritma pemberian order adalah jarak terdekat ke konsumen. Maka sistem vendor akan memberikan order ke driver terdekat. Sementara yang diberi order ini hanya virtual.  Fenomena ini tentunya sudah di sadari oleh vendor. Dan pencegahan maupun ‘pengobatan’ sudah dilakukan dengan pemberian sangsi kepada driver yang memiliki tuyul tersebut.

Baca juga:  Cara Menghitung Nilai Penerimaan Dan Pembatalan Grab Dengan Tepat

Keberadaan robot atau tuyul ini menjadikan pengemudi dengan akun riil sering kalah order. Bahkan terkadang mereka seharian bekerja tak mendapatkan hasil sama sekali. Karena order yang seharusnya masuk ke  akun dia, diambil oleh akun tuyul. Memprihatinkan.

Maka dari sisi driver, semula ojol adalah mata pencaharian menjanjikan dalam jangka panjang. Di dalam prakteknya mereka harus bertemu dengan sebuah kenyataan. Bahwa selalu ada dinamika dan idealisme yang terkikis. Dan saat para driver ini di interview, apakah penghasilan anda idel? Mereka menjawab tidak lagi yakin “YA”. Mereka lebih realistis menjawab. Bahwa rejeki memang adalah ketidakpastian.

Bagikan:

Tinggalkan komentar