Grab rupanya tidak ingin kalah dengan saingannya dan menambahkan layanannya bagi pelanggan. Selain layanan transportasi, Grab juga memberikan layanan Grab Food dimana konsumen bisa memesan makanan yang akan dibelikan dan diantar ke tujuan oleh driver. Dengan sistem bagi hasil Grab Food, merchant dijanjikan dengan keuntungan. Apa benar menguntungkan?
Seperti Apa Bagi Hasil Grab Food?
Seperti sudah terlihat dari istilahnya, sistem bagi hasil Grab Food berarti merchant atau pemilik restoran akan membagi keuntungannya dengan Grab sebagai bentuk kerjasama ini. Sistem ini cukup sederhana dan tidak rumit perhitungannya.
Pada awal diperkenalkannya layanan ini, Grab meminta sekitar 15% dari total order yang didapatkan oleh restoran. Ketika pertama kali diluncurkan, besaran persenan ini sempat menjadi pro kontra. Beberapa pemilik restoran mengeluhkan besarnya potongan yang harus diberikan pada Grab.
Keluhan ini cukup beralasan. Sedangkan mencari pelanggan saja sudah cukup sulit, apalagi memberikan 15% dari total orderan kepada Grab. Bisa jadi, restoran tidak mendapat keuntungan sama sekali.
Meskipun begitu, pada akhirnya jumlah restoran yang bergabung menjadi merchant justru bertambah. Tidak sedikit dari mereka yang mengklaim bahwa usaha mereka justru semakin laris dan ramai. Memang benar, berdasarkan data statistik, beberapa restoran atau warung makan yang tadinya sepi justru ramai orderan dari Grab Food.
Baca juga:
- Daftar Grab Bayar Berapa? Biaya Bisa Gratis!
- Cara Daftar Grab Food Online 2019 Mudah Dan Cepat, Simak!
- Bagaimana Pembayaran GrabFood untuk Driver? Perhatikan!
Setelah beberapa lama, persenan yang diterapkan dalam cara bagi hasil Grab Food ditingkatkan. Tentu saja, hal ini mengundang pro dan kontra. Tetapi, Grab memang tidak asal menaikkan potongan ini. Grab mengimbanginya dengan sistem yang sudah teruji, pasar yang matang, dan kesempatan yang sama rata bagi seluruh restoran, warung makan, atau kafe.
Sekarang, Grab berhak atas 30% dari total orderan yang didapatkan merchant dari Grab Food. Jumlah biaya bagi hasil grab food ini jelas fantastis. Sementara, sebagian besar penjual bahkan tidak berani mengambil keuntungan hingga 30% pada awalnya. Sekilas, sistem ini jelas tidak menguntungkan. Tetapi apakah benar begitu?
Apa Keuntungan Merchant dari Sistem Grab Food?
Sebelum lebih dalam menghitung-hitung apakah menguntungkan melebarkan bisnis dengan menjadi partner Grab Food, ada baiknya untuk melihat beberapa keuntungan lain yang ditawarkan oleh Grab. Dengan terdaftar sebagai partner, maka restoran atau warung makan akan diuntungkan dalam beberapa cara. Diantaranya adalah:
-
Dipromosikan Gratis Pada Aplikasi Grab
Setelah terdaftar sebagai partner Grab Food, restoran atau warung makan akan otomatis ada dalam daftar mitra di aplikasi Grab. Promosi ini memang memiliki kesempatan berhasil lebih besar dibandingkan di media sosial. Kenapa?
Promosi di media sosial jelas kuat karena selain biaya minimal, hasilnya bisa maksimal dengan menjangkau lebih banyak orang. Konsumen tinggal melihat media sosial saja untuk mengetahui produk-produk kita.
Mirip dengan media sosial, aplikasi Grab juga mengharuskan merchant untuk memiliki foto produk makanan atau minumannya agar konsumen bisa melihat. Dengan modal foto yang menarik, konsumen sudah tertarik dengan menu yang ditawarkan. Bedanya dengan media sosial adalah konsumen yang mengakses menu kita di aplikasi ini memang sedang berencana membeli, bukan melihat-lihat saja seperti sering terjadi di media sosial pada umumnya.
Setelah menjadi merchant, tidak ada tambahan biaya untuk hal ini. Sebaliknya, Grab akan meminta foto menu untuk ditampilkan di aplikasi ini. Promosi ini sifatnya standar dan berlaku untuk semua merchant, dan gratis alias tidak ada pungutan biaya tambahan.
-
Tidak Perlu Memiliki Layanan Antar Sendiri
Kadang, konsumen memang malas bepergian tetapi ingin membeli makanan dan minuman. Solusi keadaan ini adalah layanan antar. Sayangnya, layanan antar ini tidak murah. Pemilik restoran atau warung setidaknya harus memiliki pegawai yang bisa diberi tugas mengantar, dan menyediakan bahan bakar dan kendaraan.
Dengan layanan Grab Food, pemilik merchant tinggal melayani saja orderan yang diterima oleh driver. Selanjutnya, pesanan akan diantar oleh driver. Driver juga tidak akan rugi karena ada tarif khusus untuk menerima dan menyelesaikan orderan Grab Food.
-
Pangsa Pasar Lebih Luas Dan Besar
Dengan dicantumkan di aplikasi Grab, merchant akan lebih dikenal. Semakin sering konsumen membuka aplikasi Grab, semakin diingat juga nama dan menu merchant. Konsumen yang tinggal di area yang berjauhan bisa mengenal merchant. Konsumen yang belum pernah datang atau lewat pun bisa saja memesan.
Ini berarti jangkauan pasar yang ditawarkan juga lebih luas. Hal ini berbanding lurus dengan potensi konsumen yang bertambah.
-
Omzet Meningkat
Memang peningkatan omzet ini tidak dialami oleh semua merchant. Tetapi hal ini potensial didapatkan selama merchant menjaga konsistensi layanan dengan menjaga rasa makanan dan menampilkan foto-foto yang menarik minat konsumen.
Tidak sedikit merchant yang mengklaim mengalami peningkatan jumlah omzet. Sebagai gambaran, merchant mendapat omzet Rp 1.000.000,00 per bulannya. Setelah bergabung dengan Grab Food, omzet yang didapat ikut meningkat karena bertambahnya jumlah konsumen. Jumlahnya bisa mencapai Rp 3.000.000,00 per bulannya.
Perhitungan Keuntungan Bersih Yang Diterima Merchant
Untuk bisa lebih melihat skema keuntungan dengan jelas perhatikan skema perhitungan berikut ini:
Sekilas, hal ini bisa jadi terlihat tidak terlalu menguntungkan. Apabila biaya produksi menu mencapai Rp 15.000,00, maka keuntungan bersih yang diterima merchant jelas tidak ada, malah merugi sebesar Rp 1.000,00. Walaupun jumlah pesanan meningkat, hal ini jelas tidak menguntungkan. Sebaliknya, semakin banyak jumlah orderan, semakin banyak pula kerugian yang diderita.
Hal inilah yang melatarbelakangi naiknya harga menu di aplikasi Grab Food. Merchant tidak ingin kerjasama ini tidak membawa keuntungan. Di samping itu, merchant juga ingin menjaga konsistensi kerjsama dengan Grab. Solusinya adalah merchant menaikkan harga menu yang dijual.
Kenaikan harga ini tentu saja tidak secara drastic sebesar 30%. Biasanya, merchant menaikkan sedikit harga, sehingga tidak rugi kalau dipotong hak Grab. Sebagai contoh adalah perhitungan berikut ini:
Agar tidak mengalami kerugian apabila dipotong sebesar 30% hak Grab, maka dibuat perubahan seperti berikut:
Jadi, walaupun sudah dipotong 30% untuk Grab, merchant masih memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 3.375,00 untuk menu tersebut. Memang jumlah ini tidak sebesar laba asli, tetapi ini juga tidak sedikit.
Apabila dikalkulasi dengan omset yang meningkat, jumlah keuntungan yang diperoleh juga lebih fantastis. Contohnya sebagai berikut:
Gambaran tersebut adalah gambaran keuntungan untuk 1 menu saja. Bayangkan kalau merchant memiliki lebih banyak menu yang sering diorder oleh konsumen. Tentu saja, merchant akan menerima lebih banyak keuntungan. Ini sebenarnya selaras dengan prinsip dagang kuno yang menyarankan laba sedikit tetapi dikalikan banyak jumlah pesanan konsumen.
Jadi apabila ada yang ingin tahu berapa persen berapa persen bagi hasil grab food, jawabannya adalah 30%. Kemudian jika ada yang bertanya apakah kerjasama ini masih menguntungkan, maka jawabannya bergantung pada kelihaian pemilik merchant sendiri dalam memanfaatkan sistem yang ditawarkan.
Riba
Riba lah yg membuat harga barang selalu naik.tiap perusahaan di indonesia permodalannya pijam dr bank,dan itu berbunga.
Boro2 untung jualan,mikirin bunganya aja pusing.makannya harga dinaikkan.
Sama dengan layanan grab food yg minta 30%
Otomatis pedagang menaikkan harga jika mau untung.
Liat negara kita hutang berapa bnyak.mikirin bunga hutangnnya aja bayarnya pake apa???malah hutang nambah trs.bs ditarik negara kita sama pemberi hutang.