Pengalaman kerja sambil kuliah diawali dari ambisi besar untuk menjadi seorang dosen di masa depan. Setiap orang tentu memiliki mimpi yang menjadi kekuatannya menjalani kehidupan. Mimpi tanpa pernah diperjuangkan, maka akan sekedar menjadi angan-angan semata. Tetapi harapan berupa mimpi yang terus diperjuangkan, mengangkat nilai seseorang dari waktu ke waktu.
Bukan Berasal Dari Latar Belakang Berada
Berangkat dari tekad untuk mewujudkan cita-cita sebagai seorang dosen. Selepas lulus SMA, saya tetap mengupayakan agar bisa melanjutkan kuliah. Dimana ada usaha disitu akan terbuka jalan.
Lewat kompetisi yang diadakan oleh salah satu universitas di kota kembang. Saya dan dua orang teman lainnya berhasil menang juara pertama, sehingga berhak mendapatkan beasiswa 50% untuk kuliah pada tahun ke satu.
Beasiswa yang saya dapatkan adalah kelas reguler, itu berarti perkuliahan akan dilaksanakan pada pagi hari. Akhirnya sebelum berangkat ke Bandung terlebih dahulu menghubungi pihak kampus, untuk menanyakan perihal kelas karyawan. Beruntungnya mereka memperbolehkan saya memilih kelas karyawan dan tetap bisa mempergunakan beasiswa tersebut.
Berbekal Uang Pinjaman
Singkat cerita saya berangkat ke Bandung berbekal uang pinjaman dari paman. Dana tersebut harus dipergunakan membayar sisa biaya kuliah, ada lebih sedikit sehingga bisa dipakai membayar tempat tinggal, transportasi, uang makan, pengeluaran semester awal, dan membeli laptop. Karena dana tidak cukup jadilah saya membeli notebook.
Hidup di kota besar seperti Bandung seorang diri, mengharuskan siapapun mencari cara agar bisa bertahan. Saya mulai mencari pekerjaan yang bisa di lakukan oleh lulusan SMA. Pilihannya tidak lah banyak. Paling cepat lowongan sebagai sales pemasaran atau SPG. sementara saya enggan bekerja di pusat perbelanjaan dan sejenisnya karena memiliki trauma.
Kepercayaan Yang Datang Begitu Saja
Entah sudah berapa banyak lamaran kerja yang saya kirimkan. Rata-rata mereka meminta setidaknya pengalaman satu tahun bekerja. Sementara saat itu saya baru 2 bulan lulus dari sekolah menengah atas. Sempat merasakan frustasi karena tidak kunjung di terima bekerja. Tetapi mental yang lemah hanya akan melemahkan asa.
Saya tetap berusaha dan mencoba hal terbaik, yang bisa di upayakan. Orang tua kerap bertanya apakah uang dari paman masih cukup atau tidak. Walaupun kenyataannya sudah habis, saya tetap berkata cukup. Untuk menyambung hidup saya menjual pakaian-pakaian bekas pribadi. Hasilnya dibelikan nasi kuning setiap pagi.
Sampai akhirnya saya bertemu dengan seorang distributor celana jeans, di salah satu daerah Bandung. Beliau menawarkan untuk saya memasarkan celana dagangannya dan bebas mengambil untung berapapun. Semua itu di berikan tanpa harus mengeluarkan modal atau uang jaminan se-rupiah pun.
Tidak terbayang betapa bahagianya perasaan saya kala itu. Dengan rajin celana-celana jeans yang dititipkan tersebut saya tawarkan ke teman-teman kuliah. Mungkin sudah jalan rejeki dari sana, dagangan tersebut laris manis seperti kacang goreng. Jadilah anak perantauan ini memiliki penghasilan untuk menyambung hidup.
Ternyata pemilik distributor celana tersebut pindah tanpa memberi kabar apapun. Hingga hari ini uang hasil penjualan celana jeans belum tersetorkan sama sekali. Saya bertanya dalam hati apa motif dari semua peristiwa saat itu. Sepertinya cara Sang Kuasa memberikan belas kasihan kepada umatNya.
Bekerja Sebagai Pegawai Toko Biasa
Tidak berselang lama, sebuah toko yang cukup terkenal di kota Parahyangan menerima saya bekerja. Walaupun tidak suka bekerja di bagian penjualan, setidaknya saya tidak harus menarik-narik pelanggan untuk mau membeli.
Tugas bekerja sebagai pegawai toko cukup sederhana namun banyak. Pekerjaan utama harus melayani setiap customer yang datang, mulai dari mendampingi mereka dan memberikan masukkan produk apa yang cocok. Melakukan koordinasi dengan pegawai lapangan, agar tidak ada kesalahan dalam pengiriman pesanan. Jika ada produk yang retur, itupun harus dikerjakan secara mandiri. Termasuk memeriksa stok barang di gudang.
Suka dan Duka Pegawai Toko
Selama bekerja di toko cukup banyak tekanan dan pengalaman yang diperoleh. Bertemu dengan customer yang memiliki karakter dan sikap beragam. Saya belajar untuk sabar. Bayangkan remaja yang baru lulus sekolah dengan emosi menggebu. Di haruskan menghadapi pelanggan dan tetap bersikap ramah tidak peduli seberapa menyebalkannya pelanggan tersebut.
Pemilik toko cukup baik dan pengertian, beliau mengijinkan saya bekerja hanya sampai jam 3 sore. Saat pertama kali melamar kerja, atasan yang juga pemilik menanyakan jadwal kuliah. Bahkan sampai memeriksa agenda saya. Setelahnya setiap hari Selasa, Jumat dan Sabtu, beliau megijinkan saya pulang lebih awal, tanpa harus dipotong gaji.
Sulitnya Membagi Waktu Belajar Dengan Bekerja
Semester awal kuliah, semua mata pelajaran masih sangat banyak. Hal tersebut menjadi tantangan menjalani kerja sambil kuliah. Tidak jarang dosen memberikan tugas dan kuis pada waktu yang bersamaan. Tugas diperoleh tidak hanya dari satu dua mata kuliah.
Pernah saya harus mengerjakan tugas dari 8 mata kuliah, dan deadlinenya pada minggu yang sama. Rasanya ingin melarikan diri saja, hampir setiap hari sepulang bekerja saya begadang untuk belajar dan mengerjaan tugas.
Biasanya aktivitas belajar baru di mulai saat hari sudah tengah malam. Karena sebelumnya saya pasti ketiduran. Ibarat ponsel, harus di isi ulang baterai baru bisa optimal. Kalau tidak beristirahat terlebih dahulu, akan sulit bagi saya memahami materi yang di baca.
Begadang dan waktu bermain menjadi berkurang adalah resiko yang mesti diterima jika kerja sambil kuliah. Tetapi kelebihannya saya bisa memenuhi kebutuhan secara mandiri tanpa meminta pada orang tua. Tidak sedikit pelajar yang juga bekerja sembari kuliah. Di kampus saya cukup membantu karena tidak semua mata kuliah harus datang ke kampus, ada beberapa yang juga memiliki kelas online.
Kesulitan kelas online, pelajar harus aktif mencari tahu jawaban dari masalahnya. Walaupun jika ke kampus bisa bertanya pada dosen. Tetapi akan ada situasi dimana kecepatan kita mengambil tindakan dibutuhkan.
Mempersiapkan Diri Saat Akan Ujian
Beruntung nya saya bekerja di tempat yang serba pengertian. Setiap ujian tengah semester atau ujian akhir semester selalu di adakan pada pagi hari, karena akan di gabung dengan program reguler juga. Sehingga mau tidak mau saya harus ijin datang bekerja lebih siang.
Pemilik toko sama sekali tidak mempermasalahkan saya yang datang siang, lantaran mengerti bahwa sedang masa ujian. Pada semester ke tiga saya memutuskan untuk mencari pekerjan lain yang lebih mampu menambahkan keahlian. Sebab bekerja di toko lebih ke arah sistematis dan teknikal.
Dengan berat hati saya meutuskan resign dari toko yang sudah banyak membantu. Mulai dari pengertian terhadap jam kerja. Tidak pernah memotong gaji untuk urusan kuliah. Faktor utama yang menjadi halangan terbesar saat kerj sembari kuliah adalah diri sendiri. Rasa malas dan lelah yang kerap melanda. Harus di kalahkan, saya selalu mengingat terus apa alasan kerja sembari kuliah. Alasan tersebut yang bisa mendorong keatas semangat yang sedang turun.