Rasanya Kerja di Startup IT Tanpa Background IT, Ini Ceritanya

Belakangan ini startup IT lagi booming banget. Mulai dari kantornya yang bagus, gajinya yang gede, jam kerja yang flexible menjadi daya tarik startup. Tentu saja saya yang saat ini sedang bekerja di pabrik langsung tergiur untuk pindah ke startup IT.

Minder dengan background pendidikan

Awalnya saya cukup nggak pede untuk pindah ke startup IT dengan background pendidikan saya yaitu Chemical Engineering. Mau kerja apa coba di startup IT? Saat itu saya masih berpikir bahwa semua orang yang kerja di startup IT pasti punya background IT.

Satu bulan saya lewati cuma dengan liat-liat lowongan di perusahaan startup IT ini. Saya belum berani daftar. Hasil dari pengamatan saya selama satu bulan ini adalah ternyata masih banyak bagian di startup IT yang nggak berhubungan langsung sama IT. Ini celah yang saya cari.

Baca juga: Karir Civil Engineer Pada Bidang Supply Chain, Apakah Linear?

Mencari peluang posisi all engineering

Beberapa bagian yang bisa menjadi celah saya masuk ke startup IT adalah bidang-bidang yang berurusan dengan business seperti business development dan business analyst. Posisi-posisi ini biasanya masih mau menerima background engineering. Selain business, bagian operation juga biasanya masih mau menerima orang-orang dengan background all major tapi dengan pengalaman kerja di bagian operation.

Saya langsung daftar semua lowongan dengan posisi-posisi tersebut dan panggilan test pun mulai berdatangan. Beberapa test perusahaan yang sempat saya ikuti diantaranya blibli.com, Dekoruma, Sejasa.com, MokaPOS, Traveloka, dan Garena. Beberapa perusahaan melakukan screening pre-interview dengan memberikan pertanyaan ataupun psikotest yang perlu dikumpulkan terlebih dahulu.

Baca juga:  Pengalaman Beasiswa Chevening, Lulus? Ini Ceritaku!

Seleksi tahapan berikutnya adalah interview HR dan user. Pada interview user, karena saya tidak memiliki pengalaman di posisi yang saya daftar sebelumnya, biasanya user memberi saya sebuah study case. Pertanyaan ini biasanya bisa dikerjakan menggunakan logika saja dan biasanya user tidak melihat betul atau tidaknya jawaban kita, namun melihat cara kita berpikir.

Setelah selesai interview user, maka jika diterima kita akan dikirimkan email offering. Posisi yang saya ambil adalah sebagai Business Architect di salah satu startup IT yang bergerak di bidang IT Solution. Walaupun sebetulnya pada lowongan dituliskan requirement yang dibutuhkan adalah background pendidikan Sistem Informasi, tapi puji Tuhan saya diterima.

Pengalaman baru dimulai

Awal mula bekerja, saya diperkenalkan ke beberapa bagian yang ada di kantor baru saya. Disini saya baru menyadari bahwa ternyata orang-orang yang punya background IT tidak sebanyak yang saya bayangkan, mungkin hanya ΒΌ kantor saja, yang berada di bagian development dan testing.

Sebagian besar lainnya aadalah fungsi-fungsi yang umum berada di kantor lainnya seperti Finance, General Affair, HR, dan Sales. Seandainya saya menyadari hal ini dari dulu, mungkin saya tidak akan ragu untuk pindah bidang ke startup IT.

Namun, terlepas dari tidak semua bidang membutuhkan background IT, akan lebih baik jika kita paham sedikit tentang IT secara general. Belajar dari pengalaman, ketika saya sedang berada di klien, klien saya akan mengasumsikan semua orang paham dengan IT karena saya bekerja di perusahaan IT.

Baca juga: Guru Honorer, Pekerjaan Berat Yang Bikin Jatuh Cinta, Ini Ceritaku!

Kerja baru, ilmu baru

Awal mula saya belajar, saya sangat kebingungan karena banyak sekali istilah-istilah yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Tapi jika kita bisa melewati kebingungan itu dan tidak putus asa, sebetulnya tinggal dicari aja sih apa artinya istilah itu.

Baca juga:  Cara Melamar Kerja Jadi Barista Profesional

Jika masih bingung biasanya saya mulai mencari materi di youtube karena penjelasannya biasanya lebih mudah dipahami daripada hanya membaca artikel.

Sebetulnya jika kita mau belajar, pengetahuan IT secara general tidak terlalu sulit untuk dipelajari. Banyak materi gratis yang dapat dipelajari dari internet maupun bertanya ke karyawan-karyawan lain sambil mencari teman baru. Kebetulan di tempat saya bekerja, orang-orangnya cukup open untuk menjelaskan karena usianya juga banyak yang sebaya.

Jangan berhenti belajar

Atasan saya pun sering mengencourage saya untuk terus belajar. Beliau selalu berpesan jangan minder kerja di startup IT tanpa background IT. Karena beliau memang memiliki background IT, beliau sering mengadakan sesi untuk mengajari timnya mengenai konsep-konsep dasar IT, bahkan mengajari pemrograman dengan beberapa bahasa.

Walaupun pengetahuan saya tentu masih sangat jauh dibandingkan teman-teman yang memiliki background IT, namun sekarang saya sudah bisa mulai percaya diri dalam menghadapi pertanyaan klien.

Karena pada dasarnya, jika kliennya bukan orang IT, pertanyaan yang ditanya biasanya general. Beda cerita kalau yang bertanya adalah orang IT, saya biasanya akan tanya dulu sama masternya sebelum bisa jawab.

Baca juga: Pertama Kerja di Perusahaan Konsultan Manajemen: Memahami Atasan dan Rekan Kerja

Jangan takut mencoba

Jadi kesimpulannya adalah untuk bisa ikut arus kerja di startup IT, sebetulnya tidak perlu memiliki background IT. Layaknya setiap perusahaan, perusahaan IT pun pasti memiliki bagian-bagian operasional umum untuk menunjang kegiatan perusahaan, bukan hanya bagian IT saja.

Namun tidak ada ruginya juga kalau kita ikut mencoba mempelajari ilmu baru karena sebetulnya ilmu tersebut juga pada akhirnya akan menjadi asset untuk diri kita sendiri. Selain itu, mempelajari bidang bisnis perusahaan kita juga akan membuat pekerjaan jauh lebih mudah dan lebih percaya diri dalam menghadapi klien.

Bagikan:

Tinggalkan komentar