Pengalaman Kerja Sales Asuransi, Pahit Rasanya, Simak Ceritaku!

Kita semua tentu sudah sangat familiar dengan asuransi kesehatan. Saya memiliki pengalaman bekerja sebagai sales asuransi kesehatan. Pengalaman tersebut bermula ketika saya pindah ke kota Bandung untuk melanjutkan kuliah S1. Dari semenjak lulus SMA, memang sudah ada niat untuk bekerja sembari kuliah. Karena itu saya rajin mencari informasi lowongan kerja.

Browsing Lowongan Kerja di Internet

pengalaman kerja
Pengalaman Kerja Sales Asuransi

Fokus pencarian pekerjaan dipilih yang lokasinya tidak jauh dari tempat saya tinggal. Tujuannya agar tidak perlu mengeluarkan ongkos jika berangkat ke tempat bekerja. Di tengah-tengah proses pencarian kerja. Muncul lowongan dengan spesifikasi persis seperti yang saya cari, yaitu kantornya dekat dengan tempat tinggal.

Saya pribadi merasa memenuhi persyaratan kualifikasi sebagai pelamar yang perusahaan tersebut cantumkan. Sayangnya saya lupa apakah iklan itu mencantumkan nama perusahaan atau tidak. Maafkan diri ini yang selalu fokus pada keinginan hingga melupakan faktor penting lainnya.

Singkat cerita, berhubung letaknya dekat dengan kost-an, maka diputuskan untuk keesokan hari mengantarkan lamaran langsung ke alamat yang di cantumkan. Kali ini semua di persiapkan dengan teliti. Belajar dari pengalaman tertipu bekerja toko alat kesehatan gadungan.

Ternyata tidaklah sulit mencari alamat yang di cantumkan. Sampailah saya pada rumah tinggal yang di pergunakan sebagai kantor perusahaan asuransi besar profesional. Kala itu posisinya adalah perusahaan asuransi nomor 2 terbesar di Indonesia. Sampai pada tahun 2017 atau 2018 muncul berita bahwa perusahaan ini bangkrut dan tidak boleh menjual produk mereka lagi.

Mengantarkan Lamaran Kerja Ke Kantor Asuransi

pengalaman kerja
Wawancara Lowongan Kerja

Saat memasuki halaman depan dua orang security mendatangi saya dan menanyakan maksud tujuan. Setelah menjelaskan bahwa akan mengantarkan lamaran kepada bagian HRD bernama bapak HX, nama saya samarkan agar tidak menimbulkan konflik kedepannya. Mereka sempat tertegun ketika mengetahui maksud tujuan kedatangan saya.

Baca juga:  Bekerja Sebagai Urban Planner, Sang Penata Masa Depan Kota

Walau demikian dengan ramah bapak-bapak keamanan mengantarkan untuk bertemu resepsionis. Sesampainya disana pun, pertanyaan serta respon yang sama di tunjukkan oleh para kakak-kakak cantik resepsionis. Akhirnya muncul wanita muda, yang mengaku sebagai sekretaris dari bapak HX ini. Lamaran di terima dengan selamat. Tinggal menunggu kabar selanjutnya.

Sore harinya, bapak HX menghubungi langsung dan mengatakan bahwa besok pagi bertepatan weekend, hari sabtu ada jadwal wawancara. Tempatnya di lokasi yang sama dengan tadi saat mengatar lamaran. Sekedar informasi, di iklan posisi yang saya pilih adalah telemarketing. Asumsi saya seorang telemarketing, bertanggung jawab melakukan pemasaran melalui telepon.

Setelah mengetahui perusahaan tempat saya melamar tadi bergerak di bidang asuransi jiwa dan kesehatan. Maka saya yakin, deskripsi pekerjannya akan seputar penawaran paket asuransi. Hal yang membuat menarik adalah terdapat gaji pokok UMR, bonus intensif, dan 5 hari kerja. Dari segi keuangan jelas penawaran yang menggiurkan.

Di Terima Bekerja Sebagai Telemarketing Asuransi

pengalaman kerja
Pekerjaan Telemarketing Asuransi

Keesokan harinya ketika saya datang untuk interview, ternyata kandidatnya lebih banyak dari yang saya bayangkan. Di sebelah duduk seorang pelamar cantik yang kebetulan kampusnya juga di daerah Dipati Ukur. Dia berkata beberapa kali bila merasa lowongan ini terkesan tricky. Karena kurang paham maksudnya, jadilah saya hanya berdiam diri memendam pertanyaan dalam hati.

Sesi wawancara di bagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari 20 peserta. Ternyata saya mendapat giliran interview bersama kelompok ke dua. Kelompok tersebut di bawa ke dalam ruang meeting yang cukup besar. Barulah bapak HX dengan satu orang rekannya, membuka proses wawancara.

Tidak dengan pertanyaan, melainkan beliau mempresentasikan satu skema kerja produk asuransi. Setelahnya para peserta interview diminta mengisi selembar kertas kosong, dengan nama dan nomor telpon orang-orang pada daftar kontak pribadi yang dirasa memiliki potensi membeli asuransi.

Baca juga:  Terkena Writer's Block? Ini Pengalamanku Cara Mengatasinya!

Pada tahap ini saya tidak mengisi dengan benar. Karena kebetulan isi kontak ponsel tidak ada satupun kandidat yang mampu membeli paket asuransi kesehatan. Anehnya bapak HX memanggil nama saya untuk sesi wawancara lanjutan, kali ini di ruangan terpisah.

Di sela wawancara, beliau menjelaskan bahwa saya diterima bekerja. Deskripsi tugas yang harus dikerjakan adalah memasarkan produk asuransi mereka. Caranya adalah menggunakan telpon yang sudah di sediakan kantor. Masa training 3 bulan, jika dalam periode tersebut saya tidak berhasil closing maka akan diberhentikan.

Selain itu apabila berhasil melakukan rekrut karyawan, akan mendapat bonus 500 ribu rupiah bila bertahan hingga 3 bulan. Termasuk bonus jika orang yang saya bawa berhasil menjual produk asuransi.

Fakta Baru Yang Di Dapatkan

Minggu pertama bekerja sebagai telemarketing berjalan secara normal. Hanya saja para karyawan seprofesi kebingungan, sebab staff di perusahaan tersebut kerap mengusir kami dari meja kerja. Padahal sesuai instruksi Bapak HX, kami bekerja di meja-meja tersebut.

Setelah dua minggu bekerja barulah para pegawai telemarketing paham, bahwa meja-meja tersebut sejatinya milik agen-agen asuransi tertentu. Hanya saja, para agen tersebut tidak setiap hari datang ke kantor. Mereka hanya datang pada saat closing saja. Tidak heran jika kami kerap “terusir”.

Fakta lain yang di dapatkan adalah Bapak HX menjabat sebagai manajer agen asuransi dan bukan HRD. Karena bagian HRD di perusahaan asuransi tersebut berbeda orangnya. Para karyawan di perusahaan tersebut beranggapan bahwa kami, adalah tim yang khusus dibentuk Bapak HX untuk meningkatkan performa penjualan beliau.

Menjadi telemarketing asuransi, jujur saya tidak pernah menghubungi kolega ataupun relasi dekat. Karena merasa akan menyusahkan mereka, hanya karena di kejar oleh target. Alhasil setiap kali evaluasi, saya hanya berbohong dan beralibi sudah menghubungi calon klien a dan b. Tekad kali ini hanya bekerja sampai masa training selesai.

Baca juga:  Pengalaman Kerja di Kapal Pesiar Bagian Resepsionis

Di Paksa Menjadi Agen Lapangan

Bulan ke dua bekerja para karyawan tim telemarketing, secara mendadak berubah profesi menjadi agen asuransi lapangan. Jika ingin mendapatkan gaji maka kami harus mencari nasabah secara langsung. Bapak HX mengharuskan saya dan rekan-rekan membuat proposal dan menemui calon klien setiap harinya.

Tekanan demi tekanan yang beliau minta membuat saya pribadi menjadi stress. Pasalnya tidak ada satupun orang yang mau membeli asuransi dari saya. Lain lagi sesama rekan se-profesi,ada yang menggunakan data kedua orang tuanya sebagai nasabah asuransi. Hanya untuk mendapatkan gaji di akhir bulan.

Berhubung Bapak HX mengatakan bahwa jika dalam masa training tidak ada closing konsekuensinya saya diberhentikan. Maka tidak ada keharusan bagi saya untuk closing nasabah. Di tengah jalan banyak karyawan yang melarikan diri karena merasa tertipu.

Lucunya di kala banyak karyawan telemarketing yang kabur. Direktur grup yang menjadi atasan Bapak HX dan sekretarisnya justru pindah ke perusahaan asuransi kompetitor. Saat hari terakhir saya datang ke sana untuk mengambil gaji, area tempat kami bekerja kosong. Kabarnya Bapak HX bergabung dengan grup asuransi lain, sebagai agen asuransi biasa.

Bagikan:

Tinggalkan komentar