Menduduki jabatan manager mungkin menjadi salah satu mimpi anak-anak muda saat ini. Selain prestisius, penghasilan dan fasilitas yang didapat pun tentunya menjanjikan. Itu juga menjadi mimpi saya sekitar 15 tahun yang lalu. Nah, jadi terlihat seberapa senior saya saat ini..
Saya memulai karier saya di salah satu toko buku terbesar di Indonesia 13 tahun yang lalu. Koreksi, bukan salah satu melainkan toko buku terbesar di Indonesia. Tanpa perlu saya sebutkan namanya, saya rasa semua sudah bisa menebak dengan pasti.
Baca Juga : Pengalaman Kerja Tour Leader di PT Palawi T&T, Travelling Gratis Dibayar Pula
Berawal dari kecintaan saya pada dunia literasi sejak masa kanak-kanak, saya melamar untuk posisi Supervisor di perusahaan tersebut. Interview dilakukan di Yogyakarta, dan di kota itulah saya berharap bisa meniti karier saya. Namun entah kenapa ketika dihubungi 2 minggu kemudian, perusahaan menginformasikan bahwa saya akan ditempatkan di Jakarta.
Tidak lama setelah saya menjalankan tugas saya tersebut, saya diikutkan seleksi untuk sebuah program pengembangan. Entah bagaimana lolos, dan sayapun mengikuti program tersebut selama kurang lebih 1 tahun. Lulus dari program, saya dipromosikan sebagai Store Assistant Manager, dan 1 tahun kemudian kembali dipromosikan sebagai Store Manager.
Menjadi seorang manager ternyata tidak seindah apa yang terlihat di luar. Banyak hal yang harus saya pelajari, alami, dan rasakan. Namun kembali lagi, kalau kita berusaha menikmati prosesnya, segala sesuatu bisa terasa menyenangkan untuk dijalani.
Untuk teman-teman yang punya passion dalam dunia retail dan ingin mengembangkan kariernya, saya akan coba rangkum beberapa hal yang menurut saya penting dalam menjalankan tugas-tugas saya dengan baik pada saat itu.
Baca Juga : Pengalaman Kerja Jadi Call Center Indosat, Harus Ekstra Sabar
Selalu memulai dengan business plan – Saya tipe orang yang spontan dan moody. 99% rencana saya untuk liburan, misalnya, akan gagal karena saya tiba-tiba memilih untuk menghabiskan waktu di kasur sembari membaca buku. Tapi ketika saya berada di posisi ini, planning menjadi hal terpenting yang harus saya lakukan.
Saya harus punya plan untuk setahun ke depan, apa saja yang harus dilakukan agar unit yang saya pegang bisa mencapai targetnya. Dan in case ada kendala dalam perjalanannya, harus selalu ada plan BCD dan seterusnya.
Intinya target harus tercapai, titik.
Mati-matian belajar financial – Nah ini adalah sesuatu yang sangat baru untuk saya. Dulu di SMA saya memilih untuk masuk ke jurusan IPS, dan kuliah pun mengambil jurusan Mass Communication. Tapi sebagai manager, mau tidak mau saya harus paham financial. Berapa banyak sales yang harus saya dapatkan dalam sebulan, faktor-faktor biaya controllable maupun uncontrollable yang harus ditanggung, biaya apa saja yang bisa ditekan, dan masih banyak lagi yang harus dikuasai agar mampu menghasilkan profit yang maksimal.
Selalu mengikuti perkembangan trend dan issue – Ketika produk yang saya jual adalah buku, mau tidak mau saya harus mengikuti trend dan issue yang sedang booming di luar. Sebagai contoh ada satu akun instagram, bukan selebritis, yang memiliki banyak follower karena pola parentingnya. Awalnya saya ikuti karena memang tertarik pada polah lucu dan cerdas anak si pemilik akun. Ketika saya tahu bahwa dia akan terlibat dalam sebuah proyek penulisan, saya ambil langkah terlebih dahulu untuk memesan buku tersebut dalam jumlah yang sangat besar. Dan BOOM, penjualannya fantastis mengalahkan unit-unit lainnya.
Baca Juga : Pengalaman Menjadi Resepsionis Hotel Bintang 5 di Malaysia
Memahapi dan memaksimalkan peran human resources – Perusahaan dimana saya bekerja adalah perusahaan besar yang tentu saja memiliki HR Dept. sendiri. Namun tetap saja, saya harus menguasai basic ilmu HR untuk pelaksanaan operasional setiap harinya.
Saya menjadi manager di usia 27 tahun, dimana banyak dari karyawan saya memiliki usia jauh di atas saya. Awalnya tentu segan, tapi mau bagaimana lagi. Menjadi tugas saya untuk memastikan semua memiliki visi dan misi yang sama untuk bisa mencapai target yang telah ditentukan.
Menghadapi millennial dengan segala keistimewaannya pun menjadi sesuatu yang tidak mudah. Tarik ulur, kendor-kencang, banyak hal yang harus dilakukan agar mereka mau menunjukkan performa maksimal mereka.
Fokus pada ketersediaan produk dan perkiraan penjualan – Namanya juga jualan, harus pintar-pintar mengelola persediaan. Membaca trend penjualan dari waktu ke waktu adalah hal yang wajib dikuasai agar kita tidak mengalami loss sales, ataupun justru terlalu banyak menumpuk stok yang pada akhirnya hanya akan memenuhi gudang.
Memahami dan menguasai ilmu display dan visual merchandising – Di luar buku-buku wajib seperti buku pelajaran dan kamus, yang pertama membuat customer tertarik untuk membeli buku adalah displaynya yang menarik. Kemampuan ini wajib dipahami dan diterapkan agar mampu mendongkrak penjualan. Hal ini juga berlaku untuk produk-produk non buku. Saat itu saya sering berkunjung ke retail lain untuk memahami alur dan teknik pendisplayan, untuk kemudian diterapkan di unit saya.
Mengembangkan kemampuan komunikasi sesuai kondisi – Mungkin bisa dibilang, ini satu-satunya hal yang saya kuasai sejak awal. Kemampuan komunikasi yang baik menjadi sesuatu yang wajib dimiliki, karena dalam dunia retail ini mau tidak mau kita harus berhadapan dengan customer dan supplier dengan beragam karakter. Kita tidak bisa menerapkan gaya komunikasi yang sama, karena respon dari masing-masing pun tidaklah sama.
Sebenarnya masih sangat banyak yang bisa saya share. Namun next time ya, satu persatu. Supaya teman-teman juga bisa belajar secara detail tips dan trik dalam menjalankan masing-masing dari kemampuan wajib tersebut.
Oh ya satu lagi yang tidak kalah penting, saya diharuskan memiliki mental yang sangat kuat. Semakin posisi kita berada di atas, maka akan semakin banyak yang berusaha menjatuhkan kita, dan semakin berat pula ujian yang harus kita jalani. Bayangkan, saat itu saya banyak mendapat komen negative dan serangan karena dianggap anak kemarin sore, plus harus selalu siap dimutasi ke kota manapun yang membutuhkan dengan pemberitahuan H-7. Tidak mudah, tapi memang harus dijalani sebagai bagian dari proses berkembang. Nah siapkah teman-teman?