Pengalaman bekerja sebagai tukang input data di Kedutaan Myanmar. Berawal dari keharusan magang bagi semua pelajar yang sudah menempuh tahun terakhir program studi. Saya dan seorang teman asal Srilangka mendapatkan informasi. Dari sang kakak yang seorang lokal staff disana, mengatakan bila kedutaan Myanmar sedang membutuhkan tenaga kerja magang.
Mengajukan Aplikasi Permohonan Magang
Saya dan Anjeli (nama di samarkan) segera mempersiapkan dokumen-dokumen yang di rasa perlu di bawa saat akan mengajukan permintaan magang. Sebenarnya jarang terjadi seseorang melamar bekerja magang bukan pada kantor kedutaan asal negaranya. Tetapi kesempatan bekerja di Kedutaan tidak akan datang dua kali.
Sejak lama saya selalu berpikir seseorang yang bisa bekerja di kantor kedutaan pastilah pintar dan terlihat sangat keren. Padahal sudah sedewasa ini, tetapi pemikiran kekanakan itu rupanya masih mempengaruhi pikiran bawah sadar saya.
Untuk bisa masuk ke kantor Kedutaan ternyata di butuhkan kode akses. Pantas saja kakak dari Anjeli sudah berdiri di depan pintu masuk gedung. Letak kantor kedutaan Myanmar berada di lokasi elit kota Paris. Tidak jauh dari sana, juga terdapat Kedutaan Jepang. Saya baru tahu fakta tersebut, setelah makan siang bersama dengan salah satu staff kedutaan Jepang bernama Kyoko.
Sesampainya di dalam, masih harus 3 kali lagi memasukkan kode akses. Penjagaan di dalam cukup ketat. Ada beberapa kamera cctv di sudut-sudut tertentu. Gedung kantor kedutaan Myanmar lebih besar dari KBRI yang di Paris. Semua interior di dominasi warna merah, mungkin sebagai dasar warna negara.
Kami harus menunggu di lobi, saat Mr. B, masuk membawa CV dan Resume. Sekilas info ternyata Mr. B adalah sekretaris khusus Duta Besar Myanmar. Saya baru tahu, jika sekretaris bisa berasal dari warga negara yang berbeda. Tapi abaikan pertanyaan yang berkecamuk.
Dikira Warga Negara Myanmar
Menunggu sudah hampir satu jam. Mr. B tidak juga kunjung kembali. Saya mulai cemas, takut-takut kalau aplikasi kami di tolak. Entah kenapa seorang lokal staff menghampiri saya dan bertanya apakah saya datang untuk memperpanjang pembuatan visa. Mungkin karena bentuk wajah dan warna kulit sama-sama dari Asia Tenggara, sehingga staff wanita itu salah perkiraan.
Ditengah upaya menjelaskan bahwa kami datang untuk melamar kerja internship. Mr. B akhirnya datang dengan senyum ala aktor Bolywood. Beliau menjelaskan bahwa Duta Besar sudah setuju kami bergabung sebagai karyawan magang.
Hanya saja posisi saya dan Anjeli nantinya tidak akan berasama-sama. Alias kami bekerja di bidang yang berbeda. Staff wanita tersebut lantas tersenyum sembari mengucapkan selamat.Divisi yang menerima saya adalah Social Cultural. Berbagai pertanyaan wara-wiri cantik di kepala lantaran penasaran Seperti apa jenis pekerjaan anak magang di kantor Kedutaan Myanmar. Sementara Anjeli masuk ke dalam divisi politik dan hukum. Nampaknya kami berdua akan sibuk ke depannya.
Kurangnya Kesempatan Mengembangkan Keahlian
Prakteknya saya bekerja di bawah pantauan seorang home staf senior. Tugas membuat laporan aktivitas dalam seminggu harus di serahkan setiap hari Jumat. Melaporkan berbagai peristiwa penting dari Myanmar dan menerjemahkannya dari bahasa Inggris ke bahasa Perancis. Belum lagi terdapat setumpuk dokumen yang berisikan data-data permohonan perpanjangan paspor.
Di sinilah pekerjaan sebagai input database di mulai. Senior saya menjelaskan bahwa beberapa waktu lalu komputer yang berisikan data-data permohonan perpanjangan paspor hilang akibat serangan malware. Entah server apa yang mereka pakai, sehingga jalan satu-satunya adalah menginpput secara manual data dari dokumen ke komputer.
Saya jadi teringat keluhan salah seorang kenalan dari KBRI, yang mengatakan bahwa bekerja di Kedutaan perlahan tetapi pasti akan membuat keahlian menurun. Pasalnya dia pun yang merupakan sarjana HI, hanya mengerjakan pekerjaan ringan seperti print atau fotokopi dokumen, membantu berbagai tugas harian duta besar.
Nampaknya perasaan saya saat itu sama dengan keluhannya. Ingin protes tapi tidak enak, karena bentuk pekerjaan di sana memang seperti itu. Resiko yang harus saya hadapi ketika memutuskan magang di Kedutaan Besar. Terlepas dari pekerjaannya yang terlampau sederhana secara teknikal. Ada banyak pengalaman lain di luar pekerjaan sebagai tukang input data.
Bekerja Tenang Tanpa Tekanan
Terlepas dari sederhananya tanggung jawab yang saya pelajari dari pengalaman magang kali ini. Pekerjaan sebagai lokal staff sangat cocok bagi seseorang yang ingin bekerja tanpa banyak tekanan, namun bergaji besar dan bertugas di luar negeri.
Berdasarkan informasi staff yang sudah bekerja di sana lebih dari 5 tahun. Mereka mendapat gaji yang disesuaikan dengan lokasi negara tempat bertugas. Tidak heran walaupun pekerjaannya sederhana, para staff di sana tetap terlihat bahagia. Semua fasilitas untuk lokal staff akan mengikuti regulasi negara Perancis. Termasuk membayar biaya security social serta asuransi.
Saya sendiri juga cukup nyaman bekerja magang di sana, sebab upah anak magang ternyata tidak berbeda dengan junior lokal staff mereka. Hanya saja tanpa fasilitas lain, bagi seorang pelajar perantauan nominal yang di berikan sangat membantu menyambung hidup. Selain itu nantinya saat akhir program magang surat rekomendasi yang di berikan bisa menjadi tambahan nama pengalaman kerja di CV.
Berinteraksi Dengan Warga Myanmar di Perancis
Karena bekerja di lingkup lembaga kenegaraan, sewaktu-waktu akan ada kesempatan bertemu atau melihat tokoh-tokoh penting negara Myanmar bahkan juga dunia. Untuk ruang pertemuan penting kenegaraan, rupanya Myanmar cukup royal. Ada properti berbeda yang berfungsi sebagai tempat meeting, menyatu dengan wisma tempat tinggal duta besar dan keluarga.
Beberapa kali mengikuti acara yang diadakan oleh divisi sosial dan budaya, membuat saya berkesempatan mengunjungi tempat tinggal duta besar Myanmar. Berkenalan dengan istri dan putra beliau. Sesekali putrinya bertanya tentang bagaimana kuliah di Perancis, rupanya dirinya sedang dalam persiapan masuk kuliah pada tahun ajaran berikutnya.
Disamping itu, setiap kali mengadakan acara-acara staff lokal kedutaan selalu memesan makanan asia. Lebih tepatnya masakan khas negara Myanmar. Bekerja dan boleh makan gratis buat saya pribadi, magang kali ini bermain yang di gaji. Walau minusnya saya tidak banyak belajar dari tempat tersebut. Tetapi belajar bisa di lakukan dimana pun dan kapanpun. Interaksi antara staff lokal, warga Myanmar di sana, juga merupakan bentuk implementasi pembelajaran bidang studi Global Komunikasi.