Mahasiswa tingkat akhir pasti akan menjumpai yang namanya skripsi. Tidak ada mahasiswa manapun yang mampu menolak ritual puncak ini. Mau mengelak atau lebih-lebih mendua jangan harap bisa melakukannya.
Kata teman saat stan up di kampus. Skripsi itu seperti mantan, kalau dingat-ingat menyakitkan, tapi mau dilupakan selalu datang. Memang tepat, diingat bikin sesak kalau dilupakan akan jauh berbahaya. Mungkin lebih dari mantan bahayanya.
Kebetulan beberapa waktu lalu saya baru selesai menyelesaikan skripsi. Leganya bukan main, serasa ingin teriak sekeras mungkin. Ingin loncat-loncat pulang dari kampus karena beban besar selama berbulan-bulan telah usai. Lantas mengabari orang tua yang cemas menunggu sang anaknya segera lulus atau tidak.
Saudara yang walau agak jauh pantaslah buat bergaya masa kuliah akan segera berlalu. Terpenting sahabat karib. Sahabat sepenanggungan dan seperjuangan dalam mengerjakan skripsi. “Uh rasanya nyaman senyamannya”.
Tidak lupa sang pacar, ya walau kadang ngambek karena sering ditinggal. Lupa waktu kencan juga jalan, apalagi waktu chat-an sangat jarang. Pastinya kabar itu harus segera sampai dan diajak berbahagia bersama menghilangkan beban skripsi. Pastinya waktu rebahan akan lebih jauh nikmat dan panjang.
Meski skripsi telah selesai tidak usai begitu saja. Dua minggu selepas itu harus berhadapan dengan sidang skripsi. Walau beban tidak sebegitu hebat saat menyusun, sidang skripsi tidak kalah menakutkan. Karena di kampusku dosen pembimbing dan penguji pasti berbeda.
Ini yang menjadi titik di mana perlu was-was dalam mempersiapkan. Kalau dosen yang menguji sidang sama. Ya pasti akan lebih mudah. Karena sedikit banyak membantu terwujudnya skripsi saya dan tahu perjuangan menyusun bab demi bab.
Baca juga : Pengalaman Menjadi Interpreter di Forum Internasional, Ini Tips Jitunya!
Minggu pertama saya buat istirahat. Sambil mengecek kambali revisian akhir dari dosen pembimbing. Memang walau sudah siap sidang tetap ada coretan. Kalau dibilang sakit iya memang. Sudah berlembar-lembar ngeprint dan setiap pertemuan bimbingan akhirnya dapat coretan.
Perasaan sakit itu terobati ketika dapat tanda tangan atau ACC dari ‘Dosbin” dosen pembimbing. Minggu kedua sebelum sidang skripsi dilakukan saya gunakan untuk belajar. Rentan waktu setiap kampus memang berbeda. Ada yang jaraknya satu bulan, satu minggu, bahkan lima hari.
Kebetulan kampus saya waktu itu memberikan sedikit kelonggaran untuk persiapan. Terbilang kurang memang tetapi cukuplah untuk mempersiapkan. Waktu yang terbilang pendek, pasti bertanya-tanya bagaimana mempersiapkan dan apa saja yang dibutuhkan?
Baca juga : Pengalaman Berkompetisi di Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional, Menang?
Membaca Kembali Skripsi
Hasil karya sendiri memang juah lebih memahami, namun persiapan jauh lebih dari segalanya. Waktu itu saya mencoba membaca kembali poin-poin perbab dalam skripsi.
Mulai latar belakang, rumusan masalah, teori yang kita gunakan, dan terpenting hasil pembahasan kita. Kebanyakan yang ditanya sepuratan itu. Lebih cenderung pada hasil dan keterkaitan dengan teori yang digunakan dalam skripsi yang dibuat.
Tampil Dihadapan Teman
Sidang skripi apapun bisa terjadi. Awalnya percaya diri menjadi grogi, awalnya hafal materi menghilang dengan sendirinya. Tentu tidak ingin seperti hal itu salah satu caranya seperti yang saya lakukan yaitu belajar tampil dihadapan teman.
Kita berlaga seperti sidang skripsi dan teman kita yang menjadi pengujinya. Selain mengetes kedalaman pemahaman skripsi juga menumbuhkan mental ketika sidang.
Baca juga : Mau Jadi Freelance Writer & Translator? Simak Pengalamanku Berikut Ini Yuk!
Ketika Sidang Langsung Poin Jawaban
Ini penting untuk diperhatikan. Merasa pandai ketika diberi pertanyaan menjawab dengan panjang dan lebar. Usahakan itu jangan dilakukan sebab dosen penguji merasa tidak berkenan dan merasa ingin menunjukkan. Ketika ditanya apa jawaban pengertian, ketika langkah-langkah jangan pengertian.
Ini terjadi kepada saya, ketika dosen penguji bertanya tentang bagaimana mewujudkan judul skripsi dalam pembelajaran karakter. Langsung saya jawab aplikasi judul itu dalam lingkup sekolah. Alhamdulillah dosen itu langsung beralih ke pertanyaan lain.
Membawa Buku Rujukan
Buku rujukan atau referensi dalam sidang skripsi itu sangat pernting. Ketika sidang usahakan membawa buku itu. Sebab akan menjadi penguat ketika ditanya dan rujukan dari buku. Selain itu, menunjukkan bahwa Kamu benar-benar persiapan secara matang skripsi itu untuk mengakhiri jenjang di perguruan tinggi.
Itulah pengalaman saya dalam sidang skripsi. Alkamdulillahnya, melalui langkah-langkah di atas saya bisa keluar dari ruang sidang dengan raut gembira. Sidang telah usai dan bersiap untuk menuju wisuda. Pengalaman sederhana itu semoga bermanfaat dan membantu teman-teman. Amin..