“Risiko Tinggi Kerja Di MiniMarket” – Sebuah judul yang akan Saya bahas menurut pengalaman pribadi selama bekerja di MiniMarket.
Untuk nama MiniMarket dan penulis akan disamarkan untuk menjaga identitas. Sebelum itu, Saya akan membahas terlebih dahulu proses masuk kerja hingga bisa bekerja di Minimarket.
Kondisi Yang Memaksa Bekerja
Bekerja di Minimarket bukanlah sebuah keinginan, tetapi keadaan lah yang memaksa untuk bekerja disana. Yapss, salah satunya faktor ekonomi.
Sebelum bekerja di minimarket, keseharian Saya bekerja sambil kuliah dengan menjalankan bisnis online. Dikarenakan ada beberapa hal, sehingga bisnis Saya benar-benar hancur hingga harus keluar kuliah.
Disana lah awal mula Saya mencari pekerjaan, hingga akhirnya diterima kerja di sebuah minimarket.
Baca juga: Cara Melamar Kerja Part Time Indomaret
Gaji Kerja di Minimarket
Tak bisa dipungkiri, salah satu alasan orang bekerja adalah untuk mencari uang termasuk Saya sendiri.
Aspek gaji bisa dibilang sangat berpengaruh terhadap kinerja seseorang.
Ketika Saya bekerja di minimarket, untuk gaji sendiri terbilang normal karena masih standar UMK yang berlaku. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu anda pertimbangkan jika ingin bekerja di minimarket.
Sesuai dengan pengalaman Saya sendiri, gaji setiap bulan di minimarket hampir mustahil kita dapatkan secara full.
Karena ada beberapa faktor yang menyebabkan gaji kita berkurang.
Selisih Uang Kasir
Semua karyawan minimarket terutama Crew pasti pernah merasakan menjadi kasir, Saya sendiri menjadi kasir hampir setiap hari.
Menjadi kasir bisa dibilang risikonya tinggi, walaupun tiap pekerjaan pastinya memiliki risiko masing-masing.
Salah satu risiko menjadi kasir adalah sering minusnya uang, walaupun kita sudah se apik mungkin untuk menjadi kasir, akan tetapi tetap saja minus uang kasir selalu terjadi.
Bahkan bisa dibilang mustahil ketika menjadi kasir dan uang penjualannya pas dengan hitungan sistem komputer.
Entah apa yang salah, hampir semua kasir di minimarket selalu merasakan ini.
Yang menjadi masalah adalah, setiap minus kasir harus diganti oleh orang yang menjadi kasir itu sendiri. Gak kebayangkan harus mengganti minus uang kasir setiap hari.
Syukur-syukur minusnya kecil hanya ribuan, kalau sudah ratusan ribu kan repot. Hal ini sering Saya alami, bahkan bisa dibilang frustasi dengan minus kasir yang setiap hari.
Tapi apa daya, karena kebutuhan ekonomi, pekerjaan ini masih di jalani hingga akhirnya mengundurkan diri.
Jam Kerja
Jam kerja di minimarket ketika Saya bekerja dulu bisa dibilang melanggar SOP yang berlaku.
Normalnya jam kerja tiap perusahaan itu 8 jam, dengan jeda istirahat antara 30 menit – 1 jam.
Sedangkan ketika Saya bekerja dulu, jam kerja bisa melebihi batas yang telah disepakati dari awal, mulai masuk jam 6 pagi dan pulang bisa jam 3 atau 4 sore dan mereka menyebutnya sebagai loyalitas.
Loyalitas macam apa yang hanya memanfaatkan kinerja karyawan tanpa memperhatikan kesehatan dan faktor lain.
Lagi-lagi alasannya karena faktor ekonomi, sehingga untuk mengeluh pun sulit, karena masih membutuhkan pekerjaannya untuk mendapatkan uang.
Sebelum saya bekerja di minimarket, saya juga pernah merasakan bekerja di supermarket. Jika dibandingkan diantara keduanya, masih lebih enak kerja di supermarket. Karena jam kerja yang normal dan pekerjaan yang tidak terlalu berat dibandingkan minimarket.
Baca juga: Siapa Bilang Bekerja Online Itu Gampang? Ini Faktanya!
Risiko Kerja di Minimarket
Tiap pekerjaan pastinya memiliki risiko kerja masing-masing dan saya tidak memungkiri hal itu.
Akan tetapi bekerja di minimarket risikonya terbilang berat, apalagi untuk fresh graduate. Sangat tidak disarankan untuk mencari pengalaman kerja di minimarket, terkecuali karena kebutuhan ekonomi, sudah beda lagi faktor.
Salah satu risiko beratnya adalah mengganti barang yang hilang, hampir bisa dipastikan bahwa setiap bulan pasti ada saja barang yang hilang ketika dilakukan Stock Opname (SO).
Lagi-lagi untuk mengganti barang yang hilang harus dipotong langsung melalui gaji, belum lagi kalau ada barang exp yang lupa di retur. Pihak toko yang harus menggantinya, untuk menggantinya tentu saja harus semua karyawan toko harus bertanggung jawab.
Jika dipikir-pikir bekerja di minimarket sangatlah berat, apalagi harus siap menerima risiko – risiko di atas. Gaji yang tadinya standard UMK, harus habis dengan banyak potongan potongan yang harus kita tanggung.
Tidak adil memang, tapi inilah pekerjaan.
Kerja Lembur Bagaikan Quda
Lembur adalah jam kerja yang melebihi batas sesuai dengan SOP dan tiap jam kerja yang lebih itu perusahaan wajib membayarnya.
Akan tetapi di minimarket tidak ada kata lembur, jam kerja lebih mereka anggap loyalitas.
Miris memang…
Hitungan hari lembur hanya pada event-event besar seperti Idul adha, idul fitri, dll. Sedangkan jika tanggal merah biasa sangat jarang sekali dianggap lembur walaupun masuk kerja.
Bahkan kebijakan perusahaan lebih baik menggantikan hari libur pada tanggal merah yang masuk dari pada harus membayar upah lembur.
Hal-hal seperti inilah yang membuat Saya tidak betah bekerja di minimarket dan lebih baik memutuskan untuk keluar kerja.
Bahkan hari libur mingguan pun tidak pasti, di setiap minggu pastinya kita mempunyai hak untuk tidak bekerja 1 hari (libur).
Tapi mirisnya di tempat Saya bekerja dulu, hari libur tidak jelas. Bahkan libur di gabungan menjadi 2 minggu, atau rubah-rubah hari.
Padahal ketika masuk awal kerja jadwal libur sudah ditentukan, tapi ketika bekerja semua menjadi berbeda.
Salah satu faktornya yakni jumlah personil yang sedikit, sedangkan toko tetap harus buka setiap hari. Sehingga salah satu cara supaya bisa merasakan libur adalah dengan mencari hari yang pas.
Risiko Tinggi Kerja di Minimarket
Seperti yang sudah Saya uraikan diatas, bekerja di minimarket sangat tinggi sekali risikonya walaupun tidak semua minimarket seperti ini. Tapi inilah yang Saya rasakan ketika bekerja di Minimarket.
Perusahaan terlalu memanfaatkan tenaga karyawannya semaksimal mungkin tanpa memperhatikan kesejahteraan atau kesehatan.
Personil toko hanya 5 orang dan harus buka toko dari pukul 06.00 pagi sampai jam 10.00 malam. Bahkan tidak jarang toko kami meminta bantuan kepada toko lain untuk meminjam personilnya untuk bisa merasakan libur.
Yang paling parah, kepala toko harus menyewa personil dari luar supaya karyawannya bisa merasakan libur.
Hal-hal seperti inilah yang sangat jarang diperhatikan oleh perusahaan, padahal dari pihak toko sudah mengajukan untuk meminta tambahan karyawan.
Nah, bagi Anda para pembaca yang berniat untuk bekerja di minimarket, cobalah pikir-pikir kembali. Walaupun tidak semuanya seperti ini, tapi beberapa pengalaman Saya diatas akan Anda rasakan ketika bekerja di minimarket.