Laporan Posisi Keuangan Perusahaan : Pengertian & Contohnya

Neraca atau laporan posisi keuangan atau balance sheet adalah salah satu jenis laporan keuangan berdasar Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disajikan seimbang. Maksudnya, dalam satu periode akuntansi, neraca akan menyajikan akun-akun aktiva, kewajiban, dan modal yang diambil dari neraca lajur.

Kaitannya dengan jenis laporan keuangan lainnya, neraca akan membantu pelaku bisnis untuk memprediksi waktu, jumlah, sekaligus ketidakpastian arus kas di masa depan. Sehingga neraca bisa andil dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan kekayaan bisnis, kewajiban kepada kreditor, juga modal pemilik bisnis.

Pengertian Laporan Posisi Keuangan Menurut Para Ahli

Banyak para ahli mendefinisikan apa itu laporan posisi keuangan atau neraca. Di bawah ini, Anda bisa melihat dan memahami 3 definisi berbeda dari para ahli.

  • Mahmud M Hanafi dan Abdul Halim (2002:63) : “Laporan posisi keuangan adalah laporan yang meringkas posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Laporan ini menampilkan sumber daya ekonomis (aset/aktiva), kewajiban ekonomis (hutang), modal, dan hubungan antar item tersebut. “
  • Harahap (2006:107) : “Laporan neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat tertentu”.
  • Munawir (2007:13) : “Laporan neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, serta modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu.

Jadi tujuan dari laporan ini adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau kalender”.

Tujuan Laporan Posisi Keuangan

Bagi pelaku bisnis, membuat neraca sangat penting. Bapak Moh. Luthfi Mahrus selaku Dosen Jurusan Akuntansi PKN STAN, dalam klc.kemenkeu.go.id menjelaskan mengenai tujuan dibuatnya laporan posisi keuangan.

Menurut beliau, laporan keuangan ini menunjukkan aset, liabilitas, dan ekuitas perusahaan pada periode tertentu yang bertujuan untuk memudahkan analisis, evaluasi, serta memprediksi arus kas di masa mendatang.

Baca juga:  Ini Jumlah Minimal Tukar Uang di Money Changer

Untuk analisis sendiri, neraca dapat digunakan untuk menganalisis likuiditas, solvabilitas, dan fleksibilitas.

1. Likuiditas

Likuiditas digunakan sebagai tolak ukur berapa lama kewajiban atau utang perusahaan bisa dilunasi. Semakin besar angka rasio likuiditas, berarti semakin kecil risiko yang dihadapi perusahaan. Begitupun sebaliknya.

Bukan hanya berguna untuk perusahaan, likuiditas juga berguna untuk investor dan kreditor dalam menilai kemampuan perusahaan melunasi hutang jangka pendeknya.

2. Solvabilitas

Solvabilitas digunakan sebagai tolak ukur kemampuan perusahaan dalam membayar semua utangnya saat jatuh tempo. Akan beresiko saat perusahaan melunasi utang dengan aktiva perusahaan. Karena, pos aktiva seharusnya hanya untuk ekspansi bisnis perusahaan, bukan untuk melunasi utang.

3. Fleksibilitas

Fleksibilitas digunakan sebagai tolak ukur perusahaan dalam mengambil berbagai keputusan efektif. Semakin tinggi fleksibilitas perusahaan, semakin kecil risiko yang dihadapi perusahaan. Karena, keputusan efektif dapat dicapai apabila keuangan perusahaan sehat, aktivanya tidak terbatas.

Unsur-Unsur Laporan Posisi Keuangan

Neraca atau balance sheet adalah keseimbangan. Keseimbangan antara unsur pos atau akun aktiva, kewajiban dan modal.

AKTIVA = KEWAJIBAN +MODAL

  • Aktiva/ Aset/ Harta : Aktiva adalah sumber daya perusahaan yang diakui dan diukur menggunakan prinsip akuntansi. Harapannya, bisa memberikan manfaat di masa mendatang.
  • Kewajiban/ Utang/ Liabilitas : Kewajiban adalah kewajiban perusahaan di masa sekarang akibat peristiwa di masa lalu, yang mana jika penyelesaiannya di masa depan, maka akan menimbulkan arus keluar sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
  • Modal/ Ekuitas : Modal adalah hak residual atas aktiva setelah dikurangi seluruh kewajiban.

Klasifikasi Akun Laporan Posisi Keuangan

Dalam rumus besarnya dinyatakan Aktiva = kewajiban + modal. Maka, pada bagian ini, kami akan mengklasifikasikan rumus tersebut berdasarkan akunnya/posnya.

Aktiva

1. Aktiva Lancar (Current Assets)

Normalnya, aktiva lancar ini bisa dikonversikan menjadi kas dalam jangka pendek (maksimal 1 tahun). Penyajiannya, dimulai dari akun yang paling liquid, di antaranya adalah sebagai berikut.

  • Kas.
  • Kas kecil.
  • Piutang usaha.
  • Piutang wesel.
  • Akumulasi penyusutan aktiva tetap.
  • Persediaan barang dagangan.
  • Perlengkapan.
  • Premi asuransi.
  • Sewa dibayar dimuka.
  • Investasi jangka pendek.
  • Dan lain-lain.
Baca juga:  Cara Melaporkan Kendaraan Hilang ke Polisi agar Cepat Diproses

2. Aktiva Tetap (Fixed Assets)

Normalnya, aktiva tetap memiliki fungsi jangka panjang (bisa dipakai lebih dari 1 tahun). Aktiva tetap memiliki nilai tinggi dan digunakan untuk operasional, bukan untuk dijual. Yang tergolong aktiva tetap antara lain:

  • Bangunan.
  • Tanah.
  • Peralatan.
  • Kendaraan.
  • Goodwill.
  • Hak paten.
  • Hak cipta.
  • Merek dagang.
  • Franchise.
  • Dan lain-lain.

3. Aktiva Lain-Lain (Other Assets)

Akun aktiva yang tidak termasuk ke dalam aktiva lancar dan aktiva tetap, masuk ke dalam aktiva lain-lain. Contohnya, mesin yang sudah tidak digunakan dalam operasional perusahaan.

Kewajiban

1. Kewajiban Lancar (Current Liability)

Normalnya, kewajiban lancar dapat dilunasi dalam waktu dekat (maksimal 1 tahun). Di bawah ini yang termasuk kelompok kewajiban lancar.

  • Utang usaha.
  • Utang wesel.
  • Utang pajak.
  • Utang beban (beban yang masih harus dibayar).
  • Utang jangka panjang yang akan jatuh tempo.
  • Pendapatan diterima di muka.
  • Dan lain-lain.

2. Kewajiban Jangka Panjang (Long Term Liability)

Normalnya, kewajiban jangka panjang dapat dilunasi dalam waktu lebih dari 1 tahun. Yang termasuk di dalamnya antara lain.

  • Utang obligasi.
  • Utang hipotek.
  • Utang jangka panjang lainnya.

Modal (Equity)

Ada 2 komponen utama ekuitas dalam neraca Perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas), yaitu modal disetor dan laba ditahan/ cadangan/ saldo laba.

1. Modal Disetor

Modal disetor adalah modal yang didapat perusahaan, saat pemilik atau pemegang saham menyetorkan uang atau asetnya ke perusahaan. Modal disetor terdiri dari:

  • Modal saham.
  • Agio saham.

2. Laba Ditahan

Laba ditahan adalah modal yang menggambarkan kelebihan laba/untung yang diinvestasikan ke perusahaan setelah pembayaran dividen ke pemegang saham. Untuk perusahaan persekutuan, modalnya terdiri dari modal sekutu.

Untuk perusahaan koperasi, modalnya terdiri dari simpanan pokok anggota, cadangan, dan simpanan lain. Untuk perusahaan perseorangan, modalnya terdiri dari modal pemilik perusahaan. Dan pengambilan modal oleh pemiliknya disebut prive.

Bentuk dan Contoh Laporan Posisi Keuangan

Dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tidak ada ketentuan khusus bentuk format dari laporan neraca. Hanya, memang ada perbedaan pada beberapa negara. Di Eropa, penyajiannya dengan meletakkan aktiva, diikuti dengan ekuitas dan utang.

Baca juga:  PIN Livin Mandiri Terblokir? Begini Cara Mengatasinya

Di Indonesia dan Amerika, penyajiannya dengan meletakkan aktiva lancar di-awal kelompok aktiva dan meletakkan hutang lancar di-awal kelompok hutang.

Secara umum, dalam prakteknya ada 2 bentuk/format neraca:

  1. Bentuk perkiraan/ T/ Skontro/ Akun
  2. Bentuk laporan/ Stafel

Bentuk Perkiraan

Penyajian neraca bentuk perkiraan yaitu dengan bersebelahan atau berdampingan. Pos aktiva ada di sebelah kiri. Dan pos kewajiban serta modal ada di sebelah kanan.

Contoh Bentuk Perkiraan

laporan posisi keuangan

Bentuk Laporan

Penyajian neraca bentuk laporan yaitu dengan berurutan ke bawah atau portrait.

Contoh Bentuk Laporan

laporan posisi keuangan

 

Neraca memang bisa digunakan untuk memprediksi waktu, jumlah, sekaligus ketidakpastian arus kas di masa depan. Tetapi, nyatanya laporan posisi keuangan juga memiliki kelemahan. Terlebih, hal ini berkaitan dengan penilaian/ pengukuran unsur-unsur aset dan kewajiban perusahaan.

Pertama, neraca dilihat sebagian aset yang diukur dan disajikan dengan biaya perolehan/ biaya perolehan diamortisasi dan itu bukan nilai kini. Sementara, nilai kini tidak mencerminkan nilai wajar.

Kedua, aset tidak berwujud seperti merek dagang, meskipun memiliki manfaat ekonomi, tetapi nilainya tidak bisa diukur secara objektif. Sehingga, tidak bisa diakui dalam neraca.

Ketiga, ada rekayasa akuntansi yang disebut off-balance sheet financing. Rekayasa ini untuk menyembunyikan kewajiban yang seharusnya dilaporkan di neraca, menjadi tidak dilaporkan di neraca.

Keempat, melibatkan pertimbangan dan estimasi untuk mengukur nilai sebagian unsur neraca, seperti estimasi kewajiban garansi dan estimasi manfaat aset tetap.

Itulah laporan posisi keuangan perusahaan atau neraca yang perlu Anda tahu. Ketiga unsur neraca, bisa digunakan untuk memprediksi ketidakpastian arus kas di masa depan.

Tapi, nyatanya ada kelemahan yang menjadi perhatian. Bagaimanapun, bagi pemilik bisnis, penting memahami dan mengaplikasikan laporan keuangan akuntansi dengan lengkap dan jujur.

Bagikan:

Tinggalkan komentar