Pengalaman Main Tinder Aplikasi Favorit Milenial, Seru?

Pengalaman saya main Tinder. Awalnya begitu mendengar nama Tinder yang terlintas dibenak saya adalah mencari pacar melalui aplikasi online.  Zaman sekarang siapa yang tidak kenal Tinder? Saya pun sebagai milenial, termasuk salah seorang pengguna aplikasi yang berlogo- api merah ini.  Karena berhubung saya sudah punya pacar, jadi rasanya tidak perlu untuk mendownload aplikasi ini di ponsel.

Logo Aplikasi Tinder

Sampai suatu hari saya pindah untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Disana sangat sulit untuk sekedar berbincang ringan dengan orang setiap harinya. Akhirnya hari-hari saya terasa sepi dan asing, apalagi situasinya memang di negri asing. Tidak ingin terus merasa galau karena kesepian sebagai anak rantau.

Diputuskan setiap akhir pekan biasanya saya juga menghabiskan waktu dengan teman-teman. Kadang juga mengunjungi Kedutaan Indonesia kalau disana ada acara. Suatu hari saya bercerita perihal situasi saya yang sedang homesick pada teman-teman yang sering hangout bersama.

Dari merekalah saya mengerti bahwa Tinder tidak hanya digunakan sebagai media mencari jodoh. Jika kamu adalah tipe orang yang suka bertemu dengan orang baru dan membangun komunikasi dengan latar belakang yang beragam. Maka Tinder layak untuk dicoba.

Baca juga : Pengalaman Tes CPNS 2019 – Harus Siap Ribet atau Gak Usah Daftar!

Mudahnya Menjadi Member di Tinder

Ternyata teman-teman saya menggunakan aplikasi Tinder untuk menemani mereka menjelajahi keindahan kota atau sekedar minum kopi di kafe terdekat. Banyak juga sih yang pakai tinder untuk kencan. Akhirnya saya pun mengunduh aplikasi dating yang satu ini. Dengan catatan not for dating, hanya untuk menjalin pertemanan dengan orang-orang baru.

Baca juga:  Pengalaman Kerja Jadi Call Center Indosat, Harus Ekstra Sabar

Pada tahap awal pengguna baru harus mendaftarkan alamat email yang aktif serta nomor ponsel yang digunakan. Karena pihak Tinder akan mengirimkan kode verifikasi ke nomor ponsel yang didaftarkan agar saya bisa login.

Sebenarnya mendaftar Tinder bisa juga langsung terhubung dengan Facebook. Tetapi berhubung di Facebook ada pacar saya dan keluarganya. Saya putuskan bermain aman saja.  Langkah selanjutnya, saya menuliskan nama serta mengupload beberapa foto pribadi yang menurut saya cetar kala itu. Untuk upload foto lebih baik tidak teralu banyak, sebab galeri Tinder kan bukan album pribadi.

Pengalaman Bertemu Orang Baru Di Tinder

Officially saya menjadi member baru di Tinder. Langsung penasaran mencoba bagaimana cara kerja aplikasi yang satu ini. Kamu akan diarahkan pada fitur yang menampilkan foto lawan jenis. Karena berhubung saya wanita, jadi yang saya lihat sudah pasti foto-foto pria. Sebelumnya saya mengatur rate usia yang saya inginkan. Saya pilih yang dua tahun dibawah dan dua tahun diatas. Jadi tidak terlalu tua juga tidak kemudaan. Basicnya supaya mudah untuk ngobrol nantinya.

Pada fitur memilih pasangan yang match alias cocok. Pengguna boleh menggeser foto profil yang dimaksud ke kanan, swipe right. Jika merasa tidak cocok maka bisa geser ke kiri. Bahkan saat ngobrol, kemudian kamu merasa tidak nyaman. Ada pilihan unmatch yang berarti kalian tidak cocok.

Tampilan Saat Geser Kiri dan Geser Kanan

Pilihan report bisa digunakan apabila ada pengguna Tinder yang tidak sopan. Seperti meminta foto-foto yang tergolong tidak sopan. Kamu bisa melaporkan akun tersebut kepada pihak Tinder.Untungnya selama saya menggunakan Tinder orang-orang ditemui mostly baik dan sopan. Kalau pria genit atau nggombal sedikit sih, masih dalam batas wajar. Asalkan pihak wanita mengerti membatasi diri, semua akan aman terkendali.

Baca juga:  Pengalaman Tes IELTS Band Score 6.5, Kalian Bisa Lebih!

Baca juga : Pengalaman Melahirkan Normal dengan BPJS, Baca Ceritaku!

Tampilan unmatch di Tinder

Di Tinder ada layanan yang namanya Tinder Plus dan Tinder Gold. Kalau kamu memilih fitur ini maka harus membayar biaya langganan. Karena berhubung saya hanya mahasiswi perantauan, jadilah pilih yang gratisan saja.

 

Walaupun menggunakan fitur yang tidak berbayar. Kualitasnya juga tidak menurun. Buktinya saya bertemu dengan mahsiswa tehnik yang kebetulan magang tidak jauh dari tempat kost. Orangnya baik dan sopan, hanya saja terlalu pemalu.

Pernah juga dapat undangan makan malam dari teman yang saya temui di Tinder. Tapi perasaan saya, pria itu seperti sudah punya pacar dan dia tidak sedang mencari teman melainkan teman untuk “kencan”. Dengan senang hati saya pilih langkah unmatch, jadi selamat tinggal deh buat si mahasiswa penerbangan.

Baca juga : Wajib Tahu 5 Cara Mengajar yang Menyenangkan dan Tidak Membosankan!

Hikmah Yang Diperoleh Bermain Tinder

Tidak sedikit saya dengar aplikasi Tinder sukses membuat pasangan yang bertemu akhirnya melangkah ke pernikahan. Contoh nya adik sepupu saya, dia bertemu jodohnya dari aplikasi satu ini. Lain halnya dengan saya. Sekembalinya ke tanah air, saya sudah tidak menggunakan aplikasi Tinder. Selain karena sudah tidak sendirian lagi. Saya juga harus menjaga perasaan pasangan agar tidak terjadi pertengkaran yang tidak diperlukan. Hikmahnya Tinder bisa menjadi aplikasi pertemanan yang membantu saat berada di tempat baru.

Bagikan:

Tinggalkan komentar